Berita Dunia Geosaintis

Siklus Pertumbuhan Gunung Anak Krakatau

“Gaduhlah orang di dalam negeri

Mengatakan datang kapalnya api

Hati di dalam sangat siksanya

Terkena demam hampir matinya”

        Sepenggal bait di atas merupakan bagian dari Syair Lampung Karam yang menceritakan kengerian dari erupsi besar Krakatau 1883. Krakatau merupakan sebuah kompleks gunung api yang terletak di tengah Selat Sunda dan terdiri atas Gunung Krakatau, sekarang Anak Krakatau, Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Pulau Rakata (Gambar 1). Pada tahun 1883, Krakatau mengalami erupsi besar yang menyebabkan tsunami setinggi 20 m yang menyapu pesisir Lampung & Banten (PVMBG, 2014) dan membentuk sebuah kaldera besar yang di dalamnya muncul Gunung Anak Krakatau. Di akhir tahun 2018, Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi yang menghancurkan tubuhnya dan menyebabkan tsunami setinggi 5-13 meter di sepanjang pesisir Banten & Lampung (BBC Indonesia, 2019). Jauh sebelum erupsi 1883 & 2018, Krakatau pernah mengalami erupsi besar lainnya di tahun 535-536 M (PVMBG, 2014 dan Abdurrachman, dkk., 2018). Melihat sejarah Krakatau yang mengalami pembentukan dan penghancuran tubuhnya menunjukkan adanya sebuah siklus pembentukan dan penghancuran Krakatau hingga menjadi Anak Krakatau (PVMBG, 2014 dan Abdurrachman, dkk., 2018).

Gambar 1 Kompleks Gunung Krakatau (Dokumentasi pribadi, 2020)

        Periode I adalah pembentukan Gunung Krakatau purba yang menghasilkan aliran lava diselingi oleh endapan batuapung. Aliran lava yang ditemukan berupa aliran lava andesit berwarna abu-abu kehitaman (Gambar 2) dengan struktur kekar berlembar, jigsaw fit, dan autobreksia serta menunjukkan ciri gelasan yang dapat dijumpai di P. Panjang, P. Sertung, dan P. Rakata.  Periode II adalah periode penghancuran Gunung Krakatau purba yang diperkirakan meletus sekitar tahun 535-536 Masehi dan menghasilkan produk erupsi aliran lava, aliran piroklastik, dan jatuhan piroklastik. Produk erupsi ini dapat ditemukan di Pulau Rakata, Panjang, dan Sertung serta meninggalkan dinding kaldera di Pulau Rakata, Panjang, dan Sertung. Aliran piroklastiknya berwarna kecoklatan (Gambar 3) dengan ukuran butir lapilli-blok yang terdiri atas fragmen litik abu-abu, kecoklatan, dan hitam serta menunjukkan 1 kali perlapisan bersusun normal.

Gambar 2 Aliran lava Gunung Krakatau purba (Dokumentasi pribadi, 2020)
Gambar 3 Aliran piroklastik Gunung Krakatau purba (Dokumentasi pribadi, 2020)

        Periode III adalah pembentukan Gunung api Rakata, Danan, dan Perbuwatan yang kemudian bersatu membentuk Gunung Krakatau. Produk erupsinya diperkirakan berasal dari sekitar tahun 1200 Masehi berupa perselingan antara aliran lava dan jatuhan piroklastik. Produk erupsi ini dapat ditemukan di Pulau Rakata berupa aliran lava andesit berwarna abu-abu kecoklatan (Gambar 4) bertekstur afanitik, autobreksia, dan diterobos oleh retas-retas andesit-basalt (PVMBG, 1986) sedangkan jatuhan piroklastiknya berwarna merah kecoklatan berukuran lapilli dengan fragmen litik dan scoria (Gambar 5).

Gambar 4 Aliran lava Krakatau (Dokumentasi pribadi, 2020)
Gambar 5 Jatuhan piroklastik Krakatau (Dokumentasi pribadi, 2020)

        Periode IV adalah periode penghancuran Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang menghasilkan kaldera letusan 1883. Produk erupsinya didominasi oleh aliran piroklastik, beberapa jatuhan dan pyroclastic surge yang dapat ditemukan di Pulau Rakata, Panjang, dan Sertung. Aliran piroklastiknya memiliki ukuran butir lapilli-blok dengan fragmen berupa batuapung, litik, dan obsidian serta menunjukkan struktur perlapisan bersusun normal dan terbalik (Gambar 6).

Gambar 6 Aliran piroklastik 1883 (Dokumentasi pribadi, 2020)

        Periode V merupakan periode pembangunan Gunung Anak Krakatau dari kaldera letusan 1883. Kegiatan vulkanik Anak Krakatau sudah dimulai sejak tahun 1927 yang berlokasi di bawah laut. Pada tahun 1929, gunung api ini muncul di atas muka laut berupa dinding kawah yang terdiri atas abu, lapili, dan bongkah-bongkah lepas. Sejak 1927, Anak Krakatau masih terus mengalami kegiatan erupsi yang membangun tubuhnya berupa perselingan aliran lava dan endapan piroklastik. Di akhir tahun 2018, Anak Krakatau mengalami erupsi yang mengeluarkan aliran & jatuhan piroklastik (Gambar 7) serta menghancurkan sebagian tubuhnya. Erupsi ini juga menghasilkan sebuah danau kawah (Gambar 8) yang menjadi pusat erupsi baru dan saat ini sudah tertutup oleh kubah lava baru. Saat ini, Anak Krakatau masih terus mengalami erupsi yang membangun ulang tubuhnya.

Gambar 7 Endapan piroklastik 2018 (Dokumentasi pribadi, 2020)
Gambar 8 Danau kawah di tahun 2020 (Dokumentasi pribadi, 2020)

        Anak Krakatau yang kita lihat saat ini memiliki sejarah geologi yang panjang dan diwarnai dengan periode pembentukan dan penghancuran tubuhnya. Terdapat lima periode pembentukan dan penghancuran sejak Gunung Krakatau purba hingga Anak Krakatau. Di setiap periode terlihat adanya perulangan pembentukan kaldera sebelum terbentuknya gunung api baru di dalamnya. Dengan melihat siklus ini, tidak menutup kemungkinan di masa depan Anak Krakatau akan mengalami erupsi besar yang menghasilkan kaldera dan membentuk gunung api baru, Gunung Cucu Krakatau mungkin namanya.

 

Daftar Pustaka

Abdurrachman, M., Widiyantoro, S., Priadi, B., dan Ismail, T. (2018). Geochemistry and Structure of Krakatoa Volcano in the Sunda Strait, Indonesia. Geosciences, 8(4), 111.

Bongkahan Anak Krakatau yang picu tsunami di Banten dan Lampung dipetakan di dasar lautan diakses melalui laman https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50804413 pada 23 November 2021.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. (1986). Peta Geologi Gunung Anak Krakatau. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. (2014). Data Dasar Gunung Api: Krakatau. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Belajar “Peka” Terhadap Bencana Alam Melalui Kajian Fisik Bumi

        Secara geografis Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Australia serta di antara Samudera Hindia dan Pasifik. Indonesia berada di wilayah lingkaran api pasifik atau cincin api pasifik dimana merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik seperti Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Dari kondisi geografis tersebut tidak melulu membawa keberuntungan bagi Indonesia, namun juga ada dampak negatif dari kondisi tersebut yaitu rawan mengalami bencana alam.

        Bencana alam yang terjadi pada berbagai wilayah di Indonesia sangat bervariasi, dengan magnitude dan frekuensi yang relatif tinggi. Bencana alam tersebut menyebabkan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan penyebabnya, bencana alam dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: (1) bencana alam yang disebabkan oleh alam itu sendiri dan (2) bencana alam yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

        Bencana alam merupakan fenomena geosfer yang dipermasalahkan, karena itu sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat. Untuk dapat memahami fenomena bencana alam secara komprehensif, perlu dilakukan pemahaman dan pembelajaran geografi fisik dengan kaitannya terhadap bencana dengan metode studi lapangan (Khafid, 2016). Geografi fisik adalah ilmu yang menggambarkan dan menerangkan perbedaan dan persamaan ciri-ciri wilayah fisik permukaan bumi. Ini tidak berarti, bahwa perbuatan manusia tidak mempunyai tempat dalam geografi fisik, karena lingkungan fisik permukaan bumi mempengaruhi dan dipengaruhi perilaku manusia.

        Mengutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, keadaan fisik wilayah Indonesia dapat dikenali dari keadaan geologi, bentuk muka bumi dan iklim. Ketiga faktor tersebut saling terkait dalam mempengaruhi keadaan fisik wilayah Indonesia. Keadaan geologi Indonesia yang merupakan tumbukan dari tiga lempeng tektonik mengakibatkan pembentukan rangkaian pegunungan termasuk gunung berapi dan menyebabkan potensi gempa bumi bahkan tsunami. Bentuk muka bumi Indonesia merupakan kepulauan sehingga memiliki garis pantai yang panjang, akibat dari kondisi geologis mengakibatkan bentuk muka bumi Indonesia dapat dibedakan berupa dataran rendah, dataran tinggi, bukit, gunung dan pegunungan.

        Namun permasalahan bangsa ini terletak pada kurangnya pemahaman fenomena bencana alam, karena masyarakat kurang memiliki ilmu geografi yang cukup khususnya geografi fisik dengan kaitannya terhadap tanggap bencana. Pembelajaran geografi fisik memiliki label ruang, tempat, lingkungan, dan peta untuk meningkatkan pemahaman bencana alam terutama yang disebabkan oleh perilaku manusia dengan memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan dan kewilayahan.

        Khafid (2016) menjelaskan bahwa pembelajaran materi geografi fisik dengan metode studi lapangan memiliki kontribusi besar dalam mencegah dan menanggulangi fenomena bencana alam terutama bencana alam yang diakibatkan oleh perilaku manusia, misalnya luapan lumpur panas Lapindo Brantas Sidoarjo sebagai akibat dari pengeboran minyak bumi melebihi kedalaman. Melalui kajian geografi, penanganan lumpur panas, antara lain: skenario 1: pengaliran lumpur panas Sidoarjo melalui Sungai Porong menuju ke Pesisir dan Selat Madura. Pilihan ke Selat Madura memang merupakan pilihan yang sangat berat dari sudut pandang lingkungan. Karena itu, pengkajian yang komprehensif sangat diperlukan untuk menindaklanjuti bencana tersebut. Skenario 2: penanganan luapan lumpur panas Sidoarjo dengan pembatasan dibuat berdasarkan: (1) mengikuti kemauan dari luapan lumpur itu sendiri yaitu mau membentuk gunung lumpur, kalau tidak dibatasi maka gunung lumpur akan meluas menutupi banyak tempat dan akan mengganggu banyak infrastruktur, dan (2) analog dengan bencana gunung api sehingga kita bisa melakukan pembagian zona berdasarkan tingkat bahaya. Dari contoh salah satu fakta bencana yang terjadi di Indonesia tersebut menggugah masyarakat akan sadar tanggap bencana dan upaya dalam pengurangan resiko bencana.

Gambar 1 Foto udara kondisi wilayah Kecamatan Porong, kiri: saat terjadi luapan lumpur panas, kanan: sebelum terjadi luapan lumpur panas. Sumber: http://terra-image.com/
Gambar 2 Luapan lumpur panas yang merendam pemukiman warga. Sumber: https://Sindonews.com/
Gambar 3 Kondisi geologi sekitar lokasi lumpur panas. Diduga Patahan Watukosek menjadi jalan keluarnya lumpur. Sumber: https://geologi.co.id/
Gambar 4 Foto udara kondisi terkini luapan Lumpur Panas Lapindo. Sumber: http://terra-image.com/

        Maka dari itu urgensi peningkatan pengetahuan dan pemahaman geografi fisik beserta ilmu bantu geografi lainnya dalam kaitannya pada bencana alam dengan metode studi lapangan menjadi sangat penting mengingat salah satu upaya dalam peningkatan kesadaran tanggap bencana dan pengurangan resiko bencana.

 

Referensi

Khafid. 2016. Pemahaman Fenomena Bencana Alam Melalui Metode Studi Lapangan Dalam Geografi Fisik Sebagai Unifying Geography.

Sutikno. 2006. Kajian Geografi Dalam Menyikapi Bencana Lumpur Panas Lapindo Brantas, Sidoarjo.

Pakde. 2006. Citra Satelit Dampak Lumpur Sidoarjo. Diakses melalui https://geologi.co.id/2006/09/25/citra-satelit-dampak-lumpur-sidoarjo/ pada tanggal 3 Oktober 2021 pukul 20.37 WIB.

Widiyani. 2020. Dampak Positif dan Negatif Kondisi Geografis Indonesia, ini penjelasannya. Diakses melalui https://travel.detik.com/travel-news/d-5131154/dampak-positif-dan-negatif-kondisi-geografis-indonesia-ini-penjelasannya pada tanggal 4 Oktober 2021 pukul 15.03 WIB.

Kasus-Kasus Overpressure di Sumur Migas yang Terkenal

Oleh : Khusmia Karin dan Reza Utama Darmawan

 

          Kasus Overpressure sendiri sudah pernah terjadi di sumur-sumur migas di dunia dan Indonesia itu sendiri. Kasus-kasus Overpressure di sumur migas terdiri dari

1. Deepwater Horizon (Teluk Meksiko)

          Pernah menonton film Deepwater Horizon tahun 2016 ? Ya, film tersebut merupakan kisah nyata yang terjadi di sumur teluk meksiko milik BP perusahaan migas asal Amerika Serikat  mengalami ledakan blow-out yang sangat besar.  Sumur tersebut merupakan sumur yang mempunyai overpressure yang mengakibatkan kenaikan air dengan ketinggian 4-5 km. Akibat dari ledakan tersebut, banyak tumpahan minyak di sekitar Teluk Meksiko. Kejadian ini merupakan peristiwa ledakan sumur migas yang terparah sepanjang sejarah di industri migas.

 

2. Lumpur Sidoarjo (LuSi)

          Lumpur Sidoarjo atau LuSi yaitu adalah peristiwa yang keluarnya lumpur panas yang mengakibatkan menenggelamkan daerah sekitar. Peristiwa ini terjadi pada saat dilakukan sumur eksplorasi tahun 2006. Walaupun mempunyai kaya cadangan migas , LuSi  keterdapatan gunung lumpur (mud volcano)  yang menyebabkan terjadinya kondisi overpressure.

 

Rekomendasi Pemboran

          Setelah melihat teori dan peristiwa yang disebabkan kondisi overpressure, terdapat penanggulaan dan mitigasi untuk menghadapi zona overpressure. Yang dilakukan adalah melakukan perhitungan menurut Lapeyrouse (2002) dengan persamaan :

 

 

          Persamaan tersebut berdasarkan tekanan pori yang telah dideterminasi untuk menghitung gradien tekanan pori terhadap kedalaman sumur. Gradien tersebut diubah dari satuan pounds per square inch (PSI) menjadi pounds per gallon (PPG) untuk rekomendasi berat lumpur yang digunakan pada interval kedalaman tertentu.

 

a. Analisis Overpressure Mekanisme Pembebanan (Loading) melalui data log

Gambar 1. Pola ideal kurva overpressure terhadap kedalaman, log porositas, sonik, densitas dengan mekanisme loading (Juhata dkk., 2017)

          Dalam analisis  overpressure menggunakan data wireline log, overpressure dapat teridentifikasi dengan adanya penambahan tren dan tegangan efektif yang cenderung konstan seiring dengan bertambahnya kedalaman (gambar 1a). Overpressure juga dapat dianalisis melalui kurva porositas, sonik, dan densitas yang menjadi konstan dan tidak mengikuti tren kompaksi normal (NCT) seiring bertambahnya kedalaman (gambar 1b,c,d)

 

b. Analisis Overpressure Mekanisme Tanpa Pembebanan (Unloading) melalui data log

Gambar 2. Pola ideal kurva overpressure terhadap kedalaman, log porositas, sonik, densitas dengan mekanisme unloading (Juhata dkk., 2017)

          Overpressure dalam mekanisme unloading, melibatkan pemindahan beban dari kontak butir ke fluida pori. Mekanisme ini dapat diketahui apabila nilai tekanan pori konstan dan nilai tekanan efektif berkurang (gambar 2a). Mekanisme unloading dapat diamati melalui data log porositas, sonik dan densitas (gambar 2b,c,d). Tren kurva log porositas berkurang secara normal pada awal terjadinya overpressure dan mengalami pertambahan sedikit di bagian akhir overpressure. Tren log sonik akan reverse atau berbalik dari normal compaction trend. Tren densitas bertambah secara normal dan akan mengalami pengurangan pada bagian akhir overpressure.

 

 

Sumber :

Juhatta , T., Ramdhan, A. M., & Fatkhan, F. (2017). Prediksi Tekanan Pori dengan Data Seismik 3D dan Data Log Sumur Menggunakan Metode Eaton (Studi Kasus di Cekungan Bonaparte Utara). Bulletin of Geology, 1(2), 107 -122. doi:10.5614/bull.geol.2017.1.2.4

Dua Kaki Pemerintah di Industri Batubara

        Pernahkah kalian berpikir “Bagaimana listrik bisa masuk ke ruangan kalian?”. Sebuah kalimat yang menjadi pembuka dari film Sexy Killers buatan Watchdoc yang dirilis pada tahun 2019. Film berdurasi sekitar 85 menit ini menceritakan proses penambangan batubara hingga pemanfaatannya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), termasuk kisah-kisah kelam dibaliknya. Diikuti narasi mengenai tokoh-tokoh politik yang mengeruk kekayaan dari bisnis emas hitam ini dan “bertarung” di ajang Pilpres 2019, sukses membuat film ini booming di masyarakat. Akibatnya, semua pandangan masyarakat mengarah pada industri batubara saat itu. Sekarang Kita melesat ke tahun 2021, saat harga batubara mencapai titik tertingginya dalam 10 tahun terakhir yang diikuti oleh peraturan pembatasan pembangunan PLTU oleh pemerintah. Sekali lagi pandangan tajam mengarah pada industri ini dan terbesit pertanyaan bagaimana pemerintah memanfaatkan opportunity kenaikan harga batubara yang berbarengan dengan kebijakan pembatasan PLTU-nya?

Gambar 1. Poster Film ‘Sexy Killers’ (Foto: Twitter @watchdoc_ID)

        Belakangan, perekonomian negara dihebohkan dengan Harga Batubara Acuan (HBA) Indonesia yang terus menunjukkan kenaikan di tahun 2021 bahkan memecahkan rekor tertinggi sejak November 2011 pada harga 135 dollar AS per ton pada Juli 2021. Penyebab kenaikan HBA didorong oleh sentimen pasar global berupa peningkatan permintaan batubara untuk PLTU dari negara-negara Asia Timur seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Selain itu, produksi domestik batubara di China yang tersendat karena masalah operasional seperti cuaca ekstrem, pelarangan impor batubara Australia oleh China yang berkaitan dengan isu politik saat Australia mendesak untuk mengusut penyebab Covid-19 di China, dan penundaan lelang blok batubara dengan potensi produksi sekitar 250 juta ton di India turut mengatrol HBA Indonesia. Berdasarkan data dari Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), pada tahun 2020 saja industri batu bara menyumbang sekitar 24 triliun rupiah, menjadikannya sebagai kontributor terbesar dari sub sektor minerba, ke kas negara. Di tahun ini hingga Juni 2021, PNBP dari industri minerba mencapai Rp 24,78 triliun atau 63,38% dari target Rp 39,1 triliun, meningkat 50% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama, yang sekitar 75-80% berasal dari industri batubara.

Gambar 2. Grafik HBA Indonesia Tahun 2021 (Kementerian ESDM, 2021)

        Di sisi lain, Indonesia mulai menerapkan kebijakan pembatasan pembangunan PLTU yang tertera dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021-2030 yang akan mulai membatasi pembangunan PLTU di tahun 2025. Pembatasan ini dipengaruhi oleh sentimen negara-negara eropa termasuk beberapa lembaga keuangan internasional seperti Asian Development Bank (ADB) yang sudah mulai meniadakan pendanaan pembangunan PLTU dan ratifikasi Paris Agreement oleh Indonesia yang bertujuan menekan kenaikan suhu global sekitar ± 2°C. PLTU memang sejak dahulu sudah sangat sensitif dengan isu pemanasan global dan lingkungan, sehingga pembatasan ini memberi peluang untuk pengembangan investasi pada sektor energi terbarukan yang lebih “bersih”. Namun, kebijakan pemerintah ini masih dinilai setengah hati. Jika kita menilik data dari Kementerian ESDM pada tahun 2019, batubara yang menjadi bahan bakar dari PLTU telah lama menjadi pemasok utama listrik di tanah air dengan menyumbang sekitar 60% dari total kebutuhan listrik nasional yang membuktikan ketergantungan republik ini terhadap batubara. Selain itu, pembatasan PLTU ini hanya berlaku untuk 54 PLTU yang belum berkontrak atau hanya sekitar 4,4% dari total proyek pembangunan pembangkit listrik yang sebesar 35.000 MW. Sungguh angka yang sangat kecil sehingga wajar jika banyak kalangan yang skeptis dengan kemantapan hati pemerintah di dalam RUPTL-nya.

Gambar 3. Bauran energi primer pembangkit listrik (Kementerian ESDM, 2019)

        Kenaikan HBA Indonesia di tengah pandemi membuka peluang peningkatan penerimaan ke kas negara saat banyak pos penerimaan negara lain tersendat dan belanja negara terus meningkat untuk sektor kesehatan dan jaminan sosial. Peluang ini tidak boleh sampai dilewatkan oleh pemerintah. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis seperti kemudahan ekspor batubara, menentukan negara lain yang menjadi potensi ekspor batubara, dan mendorong perusahaan-perusahaan batubara untuk meningkatkan target produksi batubaranya. Selain itu, peningkatan target produksi ini tetap harus mempertimbangkan konsumsi batubara domestik untuk PLTU dan mekanisme pasar global. Jangan sampai terjadi pemadaman listrik karena kekurangan suplai batubara domestik dan tentu saja kenaikan harga ini tidak boleh terganggu karena berlebihnya volume batubara yang diproduksi dibandingkan permintaannya.

        Rencana pemerintah untuk mempensiunkan PLTU di Indonesia tidak serta merta dapat dilakukan dalam waktu singkat. Mengingat ketergantungan Indonesia terhadap PLTU dan realisasi energi baru terbarukan yang belum berjalan baik, pemerintah perlu mempertimbangkan opsi lain untuk membuat PLTU menjadi lebih “ramah lingkungan”. Kemajuan teknologi di bidang industri seperti Integrated Coal Gasification Combined Cycle (IGCC) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) dipandang dapat menjadi jawaban untuk langkah pemerintah selanjutnya. Penerapan teknologi IGCC dan CCUS dapat mengubah emisi gas yang dihasilkan oleh PLTU menjadi gas-gas sintesis yang dapat disimpan dan digunakan kembali sehingga emisi gas PLTU dapat berkurang dan efisiensi energi yang dihasilkan menjadi lebih tinggi. Penerapan teknologi ini tetap harus dibarengi dengan kebijakan pemerintah dalam bidang energi baru terbarukan.

        Jadi, sudahkah kalian tahu bagaimana listrik masuk ke ruangan kalian?

 

Referensi

 

Dilema Batubara: Musuh Bersama yang Dicinta, diakses melalui:

        https://kumparan.com/alliavenessa/dilema-batubara-musuh-bersama-yang-dicinta-1w9nl31i

        JaK pada 22 Agustus 2021.

Harga Batubara Naik ke Level Tertinggi dalam 10 Tahun, Ini Sebabnya, diakses melalui:

        https://market.bisnis.com/read/20210611/94/1404421/harga-batu-bara-naik-ke-level-terting

        gi-dalam-10-tahun-ini-sebabnya pada 13 Agustus 2021.

Harga Batu Bara to the Moon, Penerimaan Negara Melonjak 50, diakses melalui:

        https://www.cnbcindonesia.com/news/20210621155807-4-254775/harga-batu-bara-to-the-

        moon-penerimaan-negara-melonjak-50 pada 22 Agustus 2021.

Indonesia sets coal benchmark price at highest in a decade on Chinese demand, diakses melalui:

        https://www.reuters.com/business/energy/indonesia-sets-coal-benchmark-price-highest-dec

        ade-2021-07-05/ pada 13 Agustus 2021.

Ini Penyebab Harga Batubara Acuan Sentuh Level Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir, diakses melalui:

        https://money.kompas.com/read/2021/07/06/081000526/ini-penyebab-harga-batu-bara-acu

        an-sentuh-level-tertinggi-dalam-10-tahun?page=all pada 13 Agustus 2021.

Porsi Batu Bara Naik, Target Energi Baru RI Makin Berat, diakses melalui:

        https://www.cnbcindonesia.com/news/20200109164206-4-128910/porsi-batu-bara-naik-tar

        get-energi-baru-ri-makin-berat pada 25 Agustus 2021.

RI Siap Pensiunkan PLTU Batu Bara, Ini Alasan & Tahapannya!, diakses melalui:

        https://www.cnbcindonesia.com/news/20210530134139-4-249340/ri-siap-pensiunkan-pltu-

        batu-bara-ini-alasan-tahapannya/2 pada 13 Agustus 2021.

Sexy Killers, diakses melalui: https://www.youtube.com/watch?v=qlB7vg4I-To pada 12 Agustus

2021.

Gunung Semeru dari Kacamata Geosains

Pendahuluan

Gambar 1. Peta geologi gunungapi Gunung Semeru (Sutawidjaja drr., 1996)
  • Gunung Semeru merupakan salah satu gunungapi aktif di Jawa Timur dengan periode aktif yang pendek.
  • Produk gunungapi seperti lava, abu vulkanik serta lahar banyak ditemukan di selatan dan tenggara (Besuk Kembar, Besuk Bang, Besuk Kobokan) (PVMBG, 2021).
  • Gunung Semeru merupakan salah satu gunung tipe letusan vulkanian dan strombolian yang eksplosif dan mengalirkan awan panas.
  • Berdasarkan geokimianya, batuan G. Semeru muda dapat diklasifikasikan kedalam basal, andesit basa dan andesit asam (PVMBG, 2021).

 

Apa yang menyebabkan Gunung Semeru erupsi?

  • Gambar 2. Peta Jalur Aliran Lahar dan Lava Gunung Semeru

    Berdasarkan informasi dari Pos Pantau Gunung Semeru (ESDM, 2021), aktivitas kegempaannya sedikit aktif, yang diidentifikasikan sebagai kondisi dapur magma yang tidak penuh.

  • Tingginya curah hujan menyebabkan air masuk ke volcanic neck Gunung Semeru, abu vulkanik hasil endapan erupsi sebelumnya terkikis (Abdurrachman, 2021).
  • Masuknya air akan menyebabkan peningkatan tekanan pada volcanic neck.
  • Akibat peningkatan tekanan, saat sudah mencapai saat tertentu maka akan lepas dalam berbagai bentuk seperti awan panas maupun atau keluarnya lava.
  • Aliran lahar juga terjadi akibat curah hujan yang tinggi, mengalir di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gn. Semeru.

 

Zonasi Rawan Bencana Gn. Semeru

  • Gambar 3. Peta Kawasan rawan bencana Gunung Semeru (Kompas, 2014)

    Dapat dilihat bahwa Kawasan rawan bencana Gn. Semeru dibagi menjadi 3 zona yaitu:

  • Kawasan Rawan Bencana I yaitu wilayah Kecamatan Probojiwo, Kecamatan Pasrujambe, dan Kecamatan Candipuro, berada pada aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru.
  • Sementara zona Kawasan Rawan Bencana II berada di sekitar lereng dengan jarak 5-8 km dari kawah Gunung Semeru.
  • Lalu Kawasan Rawan Bencana III berada di radius 0-5 km dari kawah Gunung Semeru.

 

Kondisi Tata Ruang Sekitar Lereng Gn. Semeru

  • Gambar 4. Peta penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (BP4D Lumajang, 2015)

    Pada bagian tenggara lereng Gn. Semeru diplot sebagai Kawasan hutan lindung.

  • Arah pembangunan tidak direkomendasikan mengikuti aliran sungai karena merupakan jalur aliran lahar.
  • Pada beberapa wilayah di sekitar zona rawan bahaya masih dipadati penduduk.
  • Adanya penambangan pasir dan batu (sirtu) di sekitar lereng menyalahi aturan RTRW yang berlaku.

 

Rekomendasi Mitigasi Bencana Untuk Gn. Semeru

  • Gambar 5. Peta rekomendasi jalur evakuasi banjir lahar Gunung Semeru (ITS, 2017)

    Kondisi sekitar lereng harus dikembalikan fungsinya sbg hutan lindung.

  • Penambangan sirtu di Kawasan Bencana I harus ditertibkan karena masih merupakan aliran lahar jika sewaktu-waktu Gn. Semeru erupsi.
  • Perlu dibangun jalur evakuasi di zona rawan yang aman dan tidak disalahgunakan.
  • Sosialisasi kepada masyarakat sekitar lereng mengenai evakuasi dan koordinasi saat bencana.

Serba-Serbi Sukabumi: Dinamika Tektonik dan Kegempaan di Balik Keindahan Geologi di Sukabumi

Penulis : Siti Munawaroh

Pendahuluan


Berbicara tentang Sukabumi, dalam pikiran kita akan terlintas gambar Geopark Ciletuh yang memiliki keindahan geologi sehingga mendapatkan gelar UGG (Unesco Global Geopark). Selain keindahan Geopark Ciletuh, saat kita mendengar Sukabumi pasti juga akan teringat peristiwa gempa bumi yang cukup sering terjadi di Sukabumi.

Gambar 1. Geopark Ciletuh (https://samudranesia.id/wp-content/uploads/2019/05/ciletuh.jpg)

 

 

“Gempa tektonik 5,1SR Selasa (10/3/20) di Sukabumi merupakan gempa terkuat yang bersumber dari sesar aktif di daratan Jawa Barat dalam 19 tahun terakhir”

Rahmat Triyono – Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG

 

 

Gambar 2. Kerrusakan akibat Gempa Bumi di Sukabumi (https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4933551/gempa-m-49-sukabumi-bpbd-rumah-roboh-warga-luka-luka)

Melihat keindahan alam yang ada di Geopark Ciletuh, akan lebih menarik lagi saat kita megetahui rangkaian proses geologi  yang membentuk kawasan ini. Lalu, saat mendengar bencana gempa bumi di Sukabumi akan muncul juga  pertanyaan :

Apa sih penyebab gempa bumi Sukabumi? Kenapa ya gempa bumi ini sering melanda Sukabumi?”

Dari keindahan hingga  bencana alam ini ada satu benang merah yang dapat ditarik untuk menjelaskan keterjadian keduanya.

Jawabannya adalah Tektonik. Lalu, seperti apa sih yang membuat tektonik  di Sukabumi sehingga punya peran yang begitu besar???

 

Tatatan Tektonik Sukabumi


(Sunardi,. dkk, 2012) Tektonik Jawa didominasi lempeng Hindia-Australia ke arah utara yang berada di bawah lempeng Eurasia yang relatif diam dengan kecepatan pergerakannya berkisar 6 cm/tahun. Lempeng Hindia-Australia ini menunjam dengan kedalaman 100-200 km dibawah pulau Jawa dan 600 km di utara Jawadan mengakibatkan keterbentukan struktur-struktur geologi regional di wilayah daratan Jawa.

Wilayah Jawa Barat juga terbentuk di bawah pengaruh aktifitas tumbukan lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Eurasia dan peristiwa ini telah berlangsung sejak Zaman Kapur hingga sekarang. Tumbukan lempeng Hindia-Australia dan Eurasia di bagian selatan jawa mengakibatkan timbulnya sesar aktif Cimandiri.

(Bammelen, 1949) Dalam peta fisiografi, Sukabumi termasuk dalam Zona Bogor yang merupakan zona antiklinorium dimana tepi paparan (shelf) dengan cekungan dalam turbidit yang sedimen terakumulasi, terlipat, dan bertabrakan di pegunungan selatan Jawa Barat.

(Verstappen, 2000) Secara genetik, area Sukabumi dibagi menjadi perbukitan dan pegunungan vulkanik yang terlipat serta sistem busur vulkanik Sunda/Banda dengan  kenampakan morfologi terbagi menjadi morfologi dataran,  perbukitan bergelombang agak curam, dan perukitan curam. Kedua area ini dipisahkan secara jelas oleh keberadaan Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri ini membentang mulai dari Teluk Palabuhanratu menerus ke selatan Kota Sukabumi hingga ke Kabupaten Cianjur.

Gambar 3. Ilustrsi Sesar Cimandiri (https://html.pdfcookie.com/02/2019/11/07/zmly75py9ol0/bge.jpg)

(Eddy & Gaffar, 2006) Sesar Cimandiri dibagi menjadi lima segmen yaitu Segmen Pelabuhan Ratu-Citarik, Citarik-Cadasmalang, Cicereum-Cirampo, Cirampo-Pangleseran, dan Panglengseran-Gandasoli. Sesar Cimandiri dipotong oleh beberapa sesar lain seperti Sesar Citarik, Sesar Cicareuh, dan Sesar Cicatih.

 

Kegempaan di Sukabumi


Gambar 4. Kegempaan wilayah Sukabumi & sekitarnya tahun 1964 – 1997 (ISC, 2002) dan BMG kelas 1 Bandung (1989 – 2007) oleh Supartoyo dan Brahmantyo (2008)

Menurut peta kawasan rawan bencana (KRB), Sukabumi dibagi ke dalam 4 kawasan rawan bencana gempabumi, yaitu KRB gempabumi Tinggi, Menengah, Rendah dan Sangat Rendah.

Pusat gempa bumi di Sukabumi tersebar di laut maupun di darat.

Dalam peristiwa gempa bumi yang  melanda Sukabumi,  sesar yang berpengaruh besar terhadap peristiwa gempa bumi ini adalah Sesar Cimandiri dan Sesar Citarik.

Penelitian menyebutkan bahwa peristiwa gempa bumi di Jawa Barat seperti pada tahun 1900, 1962, 1969, 1973, 1975, 1977, 1982, 2000, 2006, 2007 memiliki keterkaitan dengan Sesar Cimandiri.

 

Penutup


Sukabumi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang sering mengalami peristiwa gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi di Sukabumi merupakan akibat dari aktivitas sesar yaitu Sesar Cimandiri dan segmen-segmen Sesar  Cimandiri. Peristiwa gempa bumi di Sukabumi tidak dapat dicegah maupun diprediksi. Namun, dengan adanya berbagai penelitian mengenai tektonika dan kegempaan di Sukabumi maupun di Sesar Cimandiri dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan kewaspadaan di masa depan dan meningkatkan pemahaman masyarakat dan sistem pembangunan sehingga lebih resisten terhadap bencana.

 

Referensi:

  • Eddy Z. Gaffar, 2006, Deformasi Kerak Bumi Segmen-Segmen Sesar Cimandiri, Prosiding Seminar Geoteknologi Peluang dan Peran Ilmu Kebumian Dalam Pembangunan Berkelanjutan, Geotek LIPI.
  • Haryanto, I., Nurul, J. A. N. & Sunardi, E., 2017. Tektonik Sesar Cimandiri¸ Jawa Barat. Bulletin of Scientific Contribution, 15(3), p. 255 – 274.
  • Simanjorang, R. G., Rosid, M. S., Sembiring, A. S. & Daryono, N. H., 2020. Cimandiri Fault Identification Using Earthquake Tomography Double-Difference Method. Journal of Physics: Conference Series, 1494(1), pp. 1-6.
  • Sunardi, dkk. 2012. KAJIAN KERAWANAN GEMPABUMI BERBASIS SIG DALAM UPAYA MITIGASI BENCANA STUDI KASUS KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI. Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. UMS.
  • Supartoyo, Brahmantyo .2008. PENATAAN RUANG KAWASAN DI ZONA RAWAN BENCANA GEMPABUMI DI KABUPATEN SUKABUMI. Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Volume 3, No. 1, Tahun 2008, hal. 17-25.
  • Supartoyo, dkk. 2013. Identification of Cimandiri Fault Activity at Sukabumi Area, West Java, Indonesia (Based on Morphometry Analysis). Proceeding of 1st International Seminar of Environmental Geoscience in Asia (ISEGA I), Oktober 2013, hal. 76 – 83.

Dibalik Larangan Ekspor Bijih Nikel dan Tambang Nikel Di Indonesia (Artikel #2)

Oleh: Aditya Rizky Wibowo dan Bagaskara Wahyu P

Sumber: kompas.com

       Nikel, mendengarnya saja sudah pasti paham bahwa ini merupakan komoditas yang ramai diperbincangkan belakangan ini. Sepagai salah satu produsen nikeh terbesar di dunia, Indonesia melihat potensi ini akan berkembang pesat sebagai primadona pasar. Namun sampai saat ini Indonesa masih banyak mengimpor bijih nikel dengan nilai tambah yang rendah. Untuk itu, per tanggal 1 Januari 2020 Pemerintah Indonesia memberlakukan kembali kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel secara penuh.

        Ternyata akibat dari adanya pelarangan ekspor bijih nikel ini, Uni Eropa menggugat Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO (World Trade Organization). Hal ini karena kebijakan pembatasan impor bijih mentah nikel dapat berimbas negatif pada industri baja Eropa. Kebijakan ini dianggap tidak adil karena akan membatasi akses Eropa terhadap bijih mineral Indonesia seperti bijih nikel, bijih besi dan kromium. Tetapi Pemerintah Indonesia tak gentar dan siap menghadapi gugatan Uni Eropa atas kebijakan tersebut. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.

       Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel hingga 11,7 miliar ton serta cadangan bijih nikel hingga 4,5 miliar ton. Hal ini pula yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Bahkan bijih nikel dengan jenis nikel laterit yang dimiliki Indonesia mempunyai grade dengan rata-rata tertinggi di dunia (UNCTAD, 2017).

 

Gambar 1 Perkembangan Ekspor Produk Nikel Menurut Berat Ekspor (Buletin APBN, 2021)

 

       Dampak dari pemberlakuan kebijakan larangan ekspor bijih nikel ini sangat terasa. Dimana pada tahun 2014 penjualan bijih nikel dalam negeri mulai naik sedangkan ekspor bijih nikel menurun secara signifikan. Hal ini juga berimbas positif pada kenaikan trend ekspor produk olahan nikel. Sedangkan sebelum adanya kebijakan ini, Indonesia hanya menjual bijih nikel dengan porsi sangat kecil di dalam negeri sedangkan melakukan ekspor dalam jumlah besar.

       Hanya dengan upaya mempertahankan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel di kancah Internasional saja belum cukup. Untuk mendukung keberlangsungan kebijakan ini juga harus dilakukan dari dalam negeri, salah satunya adalah dengan mempercepat pembangunan smelter di dalam negeri. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam proses pembangunannya, antara lain;

Pertama, terus menggiatkan pembicaraan dengan PLN untuk pengadaan listrik dan kesepakatan harga yang kompetitif dengan mempertimbangkan cost and benefit dari pengadaan listrik dari PLN maupun penyediaan pembangkit listrik mandiri.

Kedua, melakukan promosi investasi di sektor ini pada pasar yang potensial dan mengupayakan program ini masuk prioritas pembangunan.

Ketiga, terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait dengan proses perizinan dan pengadaan lahan dengan memperhatikan ketentuan hukum yang sudah ada.

Keempat, memastikan implementasi HPM nikel yang lebih tegas melalui mekanisme punishment dan pengawasan ketat berkala di lapangan.

 

Nah, Berikut terlansir Tambang Nikel (Izin Usaha Operasi dan Produksi) dan Smelter yang telah beroperasi di Indonesia.

 

Gambar 2 Izin Usaha Operasi dan Produksi dan Smelter yang Telah Beroperasi (KESDM, 2020)

 

Gambar 3 Perusahaan Tambang yang Telah Beroperasi di Indonesia (KSDM, 2020)

 

       Dari sekian banyaknya perusahan dan IUP tambang nikel di Indonesia, kita bisa mengambil 3 perusahaan besar yang ada di Indonesia, berikut berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berikut tiga perusahaan dengan produksi bijih nikel terbesar di Indonesia saat ini:

1. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

Sumber: cnbcindonesia.com

PT Vale Indonesia Tbk memiliki sejumlah wilayah tambang nikel di Indonesia, antara lain:

  • Blok Soroako, Kabupaten Luwu Timur (Sulawesi Selatan) dan Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah) dengan status operasi produksi.
  • Blok Suasua, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, dengan status operasi produksi.
  • Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka dan Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, dengan status operasi produksi.
  • Blok Bahodopi, Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah) dan Kabupaten Luwu Timur (Sulawesi Selatan), dengan status operasi produksi.

 

2. PT Bintang Delapan Mineral

Sumber: cnbcindonesia.com

Memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Desa Bahomoahi, Bahomotefe, Lalampu, Lele, Dampala, Siumbatu, Bahodopi, Keurea, dan Fatufia, Kecamatan Bungku Tengah dan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan status operasi produksi dan luas wilayah 21.695 Ha.

 

 

 

 

3. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Sumber: cnbcindonesia.com

Memiliki sejumlah wilayah tambang, antara lain:

  • Pulau Maniang, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
  • Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
  • Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
  • Kecamatan Asera dan Molawe, Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
  • Kecamatan Maba dan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.

 

       Berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM yang merupakan Digitalisasi data Pertambangan di Indonesia, produksi Nickel Pig Iron (NPI) mencapai 389.245,40 ton atau 43,20% dari target produksi tahun ini 901.080,00 ton. Kemudian, produksi feronikel sebesar 760.819,92 ton atau 36,11% dari target produksi tahun ini 2.107.071,00 ton. Sementara itu, produksi nikel matte sampai saat ini mencapai 38.008,86 ton atau 48,73% dari target produksi 78.000 ton.

REFERENSI

Kementerian ESDM. 2020. Booklet Tambang Nikel 2020.

Kompas. 2019. Indonesia Raja Nikel Dunia, Puluhan Tahun Hanya Ekspor Bijih Mentah. Diakses pada 31 Agustus 2021. https://money.kompas.com/ read/2019/12/15/123615726/indonesia-raja-nikel-dunia-puluhan-tahun-hanya-ekspor-bijih-mentah/

CNBCI Indonesia. 2021. Ini 5 Produsen Nikel Terbesar RI, Siapa Jawaranya. Diakses pada 31 Agustus 2021. dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20210707161618-4-259046/ini-5-produsen-nikel-terbesar-ri-siapa-jawaranya/

Badan Keahlian DPR RI. 2021. Buletin APBN Vol. VI, Edisi 2, Februari 2021. Jakarta. Pusat Kajian Anggaran DPR RI. P.8

Kompas. 2021. Kronologi Larangan Eksplor Bijih Nikel yang berujung Gugatan Uni Eropa. Diakses pada 31 Agustus 2021. https://money.kompas.com/read/2021/01/18/170109026/kronologi-larangan-ekspor-bijih-nikel-yang-berujung-gugatan-uni-eropa/

Mengenal Lumpur Basah, Banjir Bandang di Bawah Tanah

        Halo sobat geosaintis, sudah tahu belum ada suatu fenomena unik nan berbahaya bernama lumpur basah yang dapat sewaktu-waktu mengintai para pekerja di tambang bawah tanah? Ya, mungkin selama ini sobat berpikir bahwa bahaya pekerjaan tambang bawah tanah berkisar pada runtuhan batuan, kebakaran, atau terhirup gas beracun, padahal masih ada bahaya lain yang tidak kalah menakutkan lho yaitu luncuran lumpur basah. Terdengar tidak familiar ya? maklum saja, karena luncuran lumpur basah umumnya terjadi di tambang bawah tanah yang menggunakan metode runtuhan (block cave), sedangkan di Indonesia sendiri sangat sedikit yang menggunakan metode ini, salah satunya adalah tambang bawah tanah di Freeport Indonesia.

        Sebelum membahas lumpur basah lebih lanjut, mungkin ada baiknya kita sedikit melihat dulu ya bagaimana sebenarnya penambangan block caving itu. Secara singkat, metode runtuhan (block cave) adalah sebuah metode penambangan bawah tanah yang memanfaatkan gaya gravitasi dan gaya berat dari tubuh bijih itu sendiri. Umumnya tambang terdiri dari 3 area atau level, yaitu level undercut yang merupakan area paling atas di mana tubuh bijih nantinya diledakkan. Lalu di bawah undercut terdapat level produksi (extraction) dimana bijih dari area undercut kemudian diambil dan ditambang. Bijih tersebut berpindah ke level extraction melalui corong antar level yang disebut dengan drawbell, sedangkan bagian ujung dari drawbell dimana bijih dapat diambil dan ditambang disebut dengan drawpoint.  Area ketiga dan dan paling bawah adalah level haulage, yaitu area dimana bijih yang diambil dari level extraction kemudian ditransportasikan ke area haulage untuk disalurkan menuju tempat pengolahan bijih.

 

Gambar 1. Metode Block Caving (Hamrin, 2001)

 

Gambar 2. Konsep Proses Penambangan Block Caving (Paredes et. al 2018, after Flores, 2014)

 

        Lumpur basah atau disebut juga dengan wet muck, didefinisikan sebagai campuran antara material berbutir halus dan air, yang memiliki potensi untuk meluncur atau mengalir secara tiba-tiba dari sebuah drawpoint atau bukaan bawah tanah lainnya. Luncuran lumpur basah dapat terjadi ketika terdapat lebih dari 20% material berukuran pasir (<2 mm) memiliki kandungan air lebih dari 8.5% atau dapat dikatakan lebih dari 80% jenuh air (CNI et al, 1998).

        Jadi sebagai analogi untuk mempermudah, sobat dapat membayangkan berada di area hulu sungai yang sedang terjadi hujan lebat. Debit air hujan yang besar tidak mampu diserap oleh tanah dan mengalir berkumpul melalui lembah sungai yang sempit, kemudian aliran air tersebut bercampur dengan material endapan sungai dan secara perlahan mulai menggerus dinding sungai. Semakin menuju ke hilir, maka volume endapan yang terbawa pun juga semakin besar sehingga tercipta lah yang kita kenal sebagai banjir bandang yang mengalir di sepanjang lembah sungai.

        Seperti itulah luncuran lumpur basah. Ketika tingkat air hujan sedang tinggi, maka air dalam jumlah yang besar akan meresap ke permukaan dan masuk ke dalam tambang bawah tanah. Air tersebut kemudian bercampur dengan material-material cave / bijih yang berukuran halus dan membawanya menuju ke drawpoint. Drawpoint tersebut mirip seperti celah sungai yang kemudian dapat menjadi jalur aliran lumpur basah dan dapat meluncur sewaktu-sewaktu apabila keseimbangannya terganggu.

 

Gambar 3. Luncuran Lumpur Basah (Freeport Indonesia, 2019)

 

Gambar 4. Luncuran Lumpur Basah dalam skala minor (Freeport Indonesia, 2019)

 

        Melihat definisi dan penggambaran di atas, tentunya sobat sudah dapat menebak kira-kira apa saja sih yang menyebabkan terbentuknya lumpur basah? Menurut Butcher (2000), ada 4 elemen yang menyebabkan terbentuknya luncuran lumpur basah. Pertama adalah harus ada material berbutir halus yang memiliki potensial untuk meluncur. Kedua, adalah keberadaan air. Ketiga, adanya gangguan terhadap keseimbangan material tersebut, bisa seperti proses penambangan, peledakan, seismik, dan lainnya. Dan syarat yang keempat adalah harus ada jalur aliran, dimana dalam kasus lumpur basah ini sering terjadi pada drawpoint.

        Lalu, seberapa besar dampak yang diakibatkan oleh adanya lumpur basah ini? DI tambang bawah tanah Freeport Indonesia, sejak tahun 1989 hingga 2013, tercatat sudah terjadi kurang lebih 10 insiden luncur lumpur basah yang mengakibatkan adanya korban jiwa. Selain menyebabkan kerugian nyawa, dampak kerusakan secara fisik juga menjadi suatu kerugian yang ditimbulkan akibat luncuran lumpur besar. Besarnya volume luncuran seringkali menyebabkan kerusakan pada infrastruktur tambang bawah tanah, seperti panel produksi, penyangga pada drawpoint, jaringan pipa air dan kabel listrik, serta peralatan penunjang produksi seperti loader dan truk.

 

Gambar 5. Dampak Luncuran Lumpur basah terhadap peralatan (Freeport Indonesia)

 

        Melihat resiko dan dampak akibat adanya luncuran lumpur basah, tentu diperlukan suatu analisa dan tindakan pencegahan yang dapat memperkecil potensi kerugian yang ditimbulkan. Mengemban peran sebagai seorang geosaintis, rekan-rekan geologist, geotech engineer, dan hydrologist di Freeport Indonesia melakukan analisis untuk membuat suatu peta zonasi untuk melihat persebaran potensi resiko luncuran lumpur basah di area produksi. Dengan adanya peta resiko ini diharapkan luncuran lumpur basah dapat diantisipasi lebih dini dan dapat dilakukan penanganan lebih ketat di area-area yang memiliki potensi luncuran yang tinggi, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi dampak kerusakannya.

 

Gambar 6. Contoh Peta Resiko Luncuran Lumpur basah di Freeport Indonesia (Ramadhan et al, 2015)

 

        Dalam membuat peta resiko potensi tersebut, parameter-parameter yang berkontribusi terhadap pembentukan luncuran lumpur basah dihimpun melalui inspeksi mingguan yang dilakukan dan dikalkulasikan dengan mempertimbangkan data luncuran historis yang pernah terjadi sebelumnya. Parameter-parameter tersebut diantaranya adalah tingkat kebasahan suatu drawpoint, ukuran fragmentasi material, serta aktivitas penarikan dan HOD (height of draw) di drawpoint tersebut.

        Rekayasa secara teknik juga dikembangkan untuk menunjang kegiatan penambangan yang aman. Penggunaan robot mulai dimanfaatkan dalam proses penarikan bijih di drawpoint, sehingga akan mengurangi resiko manusia terpapar lumpur basah di drawpoint yang memiliki resiko tinggi. Robot ini dioperasikan oleh operator melalui alat pengendali jarak jauh. Penggunaan robot ini memang memakan biaya yang tidak sedikit, tapi tentu menjadi harga yang sepadan apabila dibandingkan dengan nyawa para pekerja, karena semenjak penggunaan robot ini, resiko kematian pekerja tambang bawah menjadi sangat berkurang sehingga hanya terbatas pada kerusakan infrastruktur saja jika luncuran lumpur basah terjadi.

 

Gambar 7. Aktivitas Penambangan menggunakan kendali jarak jauh di Freeport Indonesia (Sumber gambar: Finance.detik.com)

 

Referensi

Butcher R., Stacey T.R., Joughin W.C. 2007. Mudrushes in Caving Operations and Their Prevention. Proceedings of the 1st International Symposium on Block and Sub-Level Caving (pp. 265-279). Cape Town, South Africa.

CNI Inc., Freeport McMoran Copper and Gold Co., Hydrology Consultants Inc. 1998. IOZ Wetmuck Study. PT Freeport Internal Report

Hamrin, H. 2001. Underground mining methods and applications. Underground Mining Methods: Engineering Fundamentals and International Case Studies (eds W. A. Hustrulid and R. L. Bullock), pp. 3–14. Society for Mining, Metallurgy and Exploration: Littleton, Colorado.

Paredes P., Leano T., Jauirat L. 2018. Chuquicamata Underground Mine Design: The Simplification of The Ore Handling System of Lift 1. Caving 2018 (eds Y. Potvin and J. Jakubec). pp. 385 – 398. Australian Centre for Geomechanics: Perth.

Ramadhan M., Wicaksono D., Haflil D., and Antoro B. 2015. New Perspective of Wet Muck Risk Map: Lesson Learned from Wet Muck Spill in Coarse Fragmentation at Deep Ore Zone (DOZ) Block Caving Mine, Papua, Indonesia. Proceedings TPT XXIV dan Kongres IX Perhapi 2015. Jakarta, Indonesia.

Suryadhi, A. 2018. “MineGem, ‘Video Game’ Pengeruk Tembaga & Emas Freeport”, https://www. https://finance.detik.com/foto-bisnis/d-4171630/minegem-video-game-pengeruk-tembaga–emas-freeport/2, diakses pada 26 Agustus 2021 pukul 22.05.

UG Geotech DOZ. 2019. DOZ Wetmuck Presentation. PT Freeport Internal Report

Hari Agraria, Sejarah dan Perkembangannya Kini

 

Kontributor: Teguh Samudera Paramesywara

 

  1. Tanggal 23 September Kenapa sih diperingati sebagai Hari Agraria?

Peringatan Hari Agraria jatuh pada setiap tanggal 24 September bersamaan dengan Hari Tani yang dianggap sebagai momentum yang tepat, bukan hanya bertepatan dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria, tetapi juga karena bulan September merupakan awal musim hujan di Indonesia, musim ketika petani mulai menanam.

 

  1. Sejarah Agraria di Indonesia?

        Sejarah Agraria di Indonesia tidak terlepas dari masa ke masa, sejak masa Orde Lama, masa Orde Baru sampai dengan masa reformasi. Awal mulanya masalah pertanahan mengacu pada Hukum Agraria Kolonial yang sangat merugikan bagi rakyat serta negara. Untuk mengatasi hal ini, maka dibentuklah payung hukum yang mengatur permasalahan agraria yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria atau yang lebih dikenal sebagai Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).

-Masa Orde Lama

        Permasalahan yang terjadi pada masa Orde Lama, 80% rakyat Indonesia adalah petani dan sebagian besar dari petani tersebut hidup melarat. Kemelaratan ini menurut pemerintah terjadi akibat 60% petani berstatus sebagai buruh tani yang menggarap lahan pertanian milik “tuan tanah” bukan milik sendiri.

        Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah Orde Lama terhadap petani dapat dilihat dari penetapan aturan yang mendukung petani, penetapan Hari Tani, Pembentukan kelompok tani, hingga pemberian lahan kepada petani. Kedua, meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan. Ketiga, meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

-Masa Orde Baru

        Lain halnya dengan permasalahan yang terjadi pada masa Orde Baru, justru, perhatian pemerintah Orde Baru terhadap petani dalam implementaasi UU Pokok Agraria mengalami pergeseran, tak menyentuh persoalan penguasaan tanah sebagai inti dari Reforma Agraria melainkan fokus pada peningkatan produksi pangan dengan mengikuti Gerakan Revolusi Hijau.

        Kehadiran Revolusi Hijau ini dinilai berpihak ke pemilik lahan sebagai pihak yang diuntungkan, sedangkan petani yang lahannya sempit dan buruh tani tak mendapatkan keuntungan serta menjadi pihak yang dirugikan. Permasalahan ini tidak dapat memecahkan masalah pertanahan.

        Hingga tahun 1990, diskusi mengenai pertanahan kembali berlanjut. Undang-Undang Pokok Agraria atau UUPA menjadi pegangan utama dalam melihat masalah pertanahan. Meski demikian, terdapat paradigma pemerintah dalam melihat bidang pertanian yang disesuaikan dengan zamannya. UUPA yang lahir pada tahun 1960 dilatarbelakangi paradigma pemerintah Orde Lama bahwa masyarakat Indonesia mayoritas adalah petani. Sementara pada 1990, pemerintah Orde Baru melihat pergeseran yang terjadi dalam masyarakat. Kehidupan rakyat tidak hanya soal pertanian yang utama, tapi juga menyentuh bidang perindustrian.

-Masa Reformasi

        Pada masa Reformasi, Presiden Megawati Soekarno Putri memiliki ide tentang pembaruan Undang-Undang Pokok Agraria, gagasan tersebut tertuang dalam Keppres Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. Pertimbangan Megawati mengeluarkan keputusan ini untuk penyesuaian UU Pokok Agraria dengan perkembangan zaman serta ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.

        Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono muncul Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Kepentingan Umum. Tetapi mengalami pertentangan dari beberapa organisasi non pemerintah dikarenakan perpres ini tidak sesuai dengan semangat UU Pokok Agraria yang lebih memperjuangkan dan melindungi hak petani atas tanah. Menanggapi hal tersebut, pemerintah akhirnya mengeluarkan Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 26 Tahun 2005. Perpres ini mengatur secara lebih rinci mengenai sistem ganti rugi.

        Dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi, permasalahan mengenai pertanahan ini menjadi salah satu perhatian yang penting dengan dikeluarkannya dua peraturan presiden. Pertama, Perpres Nomor 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah di Kawasan Hutan. Kedua, Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria. Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Dengan adanya aturan tentang Reforma Agraria ini sekaligus melengkapi Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 untuk disesuaikan dengan kondisi saat ini.

 

  1. Agraria dinaungi oleh Kementerian Pertanahan (ATR/BPN) secara umum BPN melakukan apa saja?

Tugas Kementerian ATR/BPN

Menyelenggarakan urusan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Fungsi Kementerian ATR/BPN

  1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, infrastruktur pertanahan, hubungan hukum pertanahan, penataan pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang dan tanah;
  2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
  3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
  4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
  5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di daerah; dan
  6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Sumber: news.ddtc.co.id/Redaksi_DDTCNews

 

  1. Trend terkini yang muncul berkaitan dengan masalah agraria?

Topik yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan saat ini adalah mengenai permasalahan lahan antara PT Sentul City Tbk dengan Rocky Gerung.

Menurut Juru Bicara (Jubir) Kementerian Agraria dan Tata Ruang /Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Teuku Taufiqulhadi menanggapi kepemilikan tanah seseorang harus dibuktikan dengan kepemilikan hak atas tanah (sertifikat) dan penguasaanya secara fisik. Hingga saat ini, Kementerian ATR/BPN baik Pusat maupun Kantor Pertanahan (Kantah) akan mengkaji melalui titik koordinat apakah tumpang tindih atas tanah yang diklaim kedua belah pihak atau tidak serta melakukan pengecekan dokumen Hak Guna Bangunan (HGB) baik data fisik maupun data yuridis serta dokumen yang dimiliki oleh warga sekitar daerah sengketa tersebut. (Kompas, 15/09/2021)

Sumber: cnnindonesia.com

 

  1. Peran para geosaintis berhubungan dengan bidang agrarian (khususnya di GIS)?

Peran para geosaintis di bidang agraria yang mungkin pernah dipelajari sejak kuliah adalah mengenai perpetaan. Perpetaan disini lebih mengarah kepada Tata Ruang yang digunakan untuk pemanfaatan lahan dan kesesuaian peruntukan ruang serta aturan-aturan yang berlaku. Software yang biasanya digunakan untuk perpetaan di bidang ini adalah ArcGIS, Autocad, Google Earth.

 

  1. Agraria dari kacamata geosaintis?

Salah satu cabang ilmu yang mempelajari mengenai agraria/pertanahan yang masih berhubungan dengan ilmu kebumian adalah Agrogeologi dan Penginderaan Jauh (SIG). Agrogeologi adalah cabang geologi yang menelaah tentang pemanfaatan batuan dan mineral (bahan geologi) untuk memperbaiki dan mempertahankan produktivitas tanah tropika secara berkelanjutan (Van Straaten, 2007). Tujuan dari mengkaji agrogeologi ini untuk memperbaiki, mempertahankan, dan meningkatkan produktivitas lahan (tanah) seperti kesuburan tanah, kesehatan tanah, keberlanjutan tanah dan produktivitas tanah. Selain itu juga potensi batuan dan mineral yang berguna dalam mempertahankan dan menaikkan produktivitas lahan secara berkelanjutan.

 

  1. Ada gak sih peluang pekerjaan dan karir para geosaintis di bidang agraria?

Mungkin para geosaintis jarang melihat peluang yang satu ini, untuk bekerja ataupun berkarir di bidang agraria/pertanahan yang berhubungan dengan tata ruang.

Peluang pekerjaan di bidang ini bisa menjadi Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) di Kantor BPN Pusat, Provinsi bahkan Kabupaten/Kota. Selain itu, para geosaintis juga bisa menjadi Konsultan yang direkrut langsung oleh BPN atau menjadi Konsultan Mandiri yang menjalani proyek-proyek dibidang agraria/pertanahan.

Alternatif lainnya yang juga mungkin bisa dilirik adalah dengan menjadi seorang ASN di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

 

Referensi Penulisan

Van Straaten, Peter. 2007. AGROGEOLOGY: The use of rocks for crops: Enviroquest Ltd. 352 River Road, Cambridge, Ontario, Canada.

Bahfein, Suhaiela. Begini Duduk Perkara Sengketa Lahan PT Sentul City Tbk Versus Rocky Gerung. Kompas.com. Viewed 19 September 2020.

(https://www.kompas.com/properti/read/2021/09/15/060000821/begini-duduk-perkara-sengketa-lahan-pt-sentul-city-tbk-versus-rocky?page=all)

Nikel, Kegunaan dan Potensi nya di Bumi Pertiwi

Oleh: Aditya Rizky Wibowo dan Bagaskara Wahyu P

Geopoup Agustus 2021

 

Awal tahun 2021, masyarakat Indonesia dihebohkan akan kabar masuknya pabrikan mobil listrik Amerika “Tesla” untuk berinvestasi pada usaha ekstraksi nikel di Indonesia. Kabarnya Elon Musk CS ingin menggunakan nikel dari NKRI sebagai bahan baku baterai mobil listrik produksi Tesla. Lantas, apakah itu nikel? Selain baterai mobil listrik, apa saja kegunaan lain dari nikel?

 

Nikel adalah elemen logam yang diekstraksi dari dua bijih – sulfida magmatik dan laterit. Nikel berwarna putih keperakan dengan dasar bersinar/berkilau. Logam Nikel memiliki nomor atom: 28 dengan berat atom: 58.6934 dan bersifat feromagnetik yang artinya nikel dapat ditarik oleh magnet ataupun dibuat menjadi magnet. Logam Nikel terbentuk secara alami dan merupakan elemen paling umum kelima di bumi dengan keterdapatan secara luas di kerak dan inti bumi. Penamaan Nikel berasal dari kata “kupfernickel” yang artinya setan tembaga karena pada awal penemuannya tahun 1600-an di Jerman para penambang frustasi untuk mengekstraknya karena mereka mengira logam yang mereka temukan adalah tembaga jenis baru.

 

Logam yang disimbolkan dengan “Ni” ini merupakan logam pilihan untuk membuat superalloy – kombo logam. Hal ini dikarenakan Nikel memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi terhadap panas, korosi, dan oksidasi. Oleh karena itu, Nikel sering digunakan sebagai bahan lapisan luar pelindung untuk logam yang lebih lunak agar logam tersebut bisa lebih tahan panas, korosi dan oksidasi. Lantas dengan kemampuannya yang super itu apakah Nikel hanya digunakan sebagai pelapis saja? Ternyata Tidak.

Berdasarkan booklet Nikel oleh Kementerian ESDM Indonesia, sekitar 70% dari produksi Nikel digunakan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Sedangkan 8% lainnya digunakan dalam baja dan paduan non-ferrous alloys. Paduan tersebut seringkali untuk aplikasi industri, kedirgantaraan dan militer yang sangat khusus. Baru sekitar 8% digunakan dalam pelapisan dan 8% lainnya di pengecoran dan coran. Selain itu, Sekitar 5% nikel digunakan dalam baterai untuk elektronik, dan dalam baterai untuk peralatan portabel dan mobil hibrid, dan sekitar 1% digunakan seperti bahan kimia, katalis, dan pewarna.

 

Gambar 1. Paparan Kegunaan Logam Nikel (KESDM, 2020)

 

Dengan banyaknya kegunaan, tentunya nikel memiliki nilai ekonomis yang patut untuk diperhitungkan. Lalu kira-kira negara mana saja yang memiliki potensi nikel terbesar di bumi? Australia, Indonesia, Afrika Selatan, Rusia dan Kanada menguasai lebih dari 50% sumber daya nikel dunia. Logam-logam nikel tersebut terkonsentrasi pada sulfida dan deposit bijih tipe laterit. Untuk Indonesia, sebaran cadangan bijih nikel hampir 90% berada di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara.

 

Gambar 2. Sebaran Cadangan Bijih Nikel Indonesia (KESDM, 2020)

 

Pulau Sulawesi memiliki potensi nikel terbesar di Indonesia dengan total cadangan 2,6 miliar ton bijih. Cadangan tersebut tersebar di provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan data dari KESDM tahun 2020, terdapat 3 kawasan industri nikel yang sudah beroperasi di Sulawesi, yakni Kawasan Industri Morowali, Kawasan Industri Konawe, dan Kawasan Industri Bantaeng. Untuk ditempat kedua, Kepulauan Maluku menyimpan cadangan 1,4 Miliar Ton Bijih Nikel dengan konsentrasi utama berada di Maluku Utara. Untuk kawasan industri yang beroperasi berdasarkan data KESDM 2020, hanya ada kawasan industri weda di Maluku. Terakhir, lokasi yang memiliki potensi cadangan bijih nikel adalah Pulau Papua. Berdasarkan data KESDM 2020, Pulau Papua menyimpan 0,06 miliar ton cadangan bijih nikel, dan mungkin saja masih bisa bertambah seiring dengan eksplorasi lebih lanjut.

 

Gambar 3. Gambaran Potensi NIkel di Pulau Sulawesi (KESDM, 2020)

 

Gambar 4. Gambaran Potensi Nikel di Kepulauan Maluku (KESDM, 2020)

 

Gambar 5. Gambaran potensi nikel di pulau papua (KESDM, 2020)

 

Perlu diketahui dengan potensi yang sedemikian besar tidak heran Indonesia diperhitungkan sebagai negara produsen nikel di dunia. Bahkan Indonesia masuk dalam jajaran negara yang memiliki potensi nikel terbesar di dunia. Tentunya, kekayaan nikel yang dimiliki Indonesia ini seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, masih banyak peluang-peluang untuk para geosaintis muda Indonesia agar bisa terus eksplorasi dan menggali potensi sumber daya di Indonesia dengan memiliki kedaulatan dalam proses ekstraksi dan pengolahan bijih nikel.

 

Referensi:

Ruang Energi. 2021. Diakses pada 31 Agustus 2021.https://www.ruangenergi.com/melirik-potensi-tambang-nikel-untuk-mewujudkan-industri-baterai-nasional/

Nickel.co.id. 2020. Tujuh Fakta Menarik Nikel bahan baku baterai mobil listrik. Diakses pada 31 Agustus 2021.https://nikel.co.id/tujuh-fakta-menarik-nikel-bahan-baku-baterai-mobil-listrik/

Nickel Institut. 2020. About Nickel. Diakses pada 31 Agustus 2021. https://nickelinstitute.org/about-nickel/

CNBCI Indonesia. 2021. Ini 5 Produsen Nikel Terbesar RI,  Siapa Jawaranya. Diakses pada 31 Agustus 2021. dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20210707161618-4-259046/ini-5-produsen-nikel-terbesar-ri-siapa-jawaranya

Kementerian ESDM. 2020. Booklet Tambang Nikel 2020.

  • Jaringan

  • Follow Us On Instagram

  • Crown palace Blok C No. 28
    Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No 231
    Tebet, Jakarta 12870

    Telp:(021) 83702848 - 83789431
    Fax: (021)83702848
    Email: sekretariat@fgmi.iagi.or.id