Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk menurunkan emisi CO2. Bagaimana di Indonesia?

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta orang. Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia juga berada di peringkat keempat sebagai penghasil Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar pada tahun 2015. Emisi CO2 berasal dari berbagai sektor seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada tahun 2016, Agriculture, Forestry, and Other Land Use (AFOLU) memiliki emisi CO2 638.542 Gg CO2e. Dari tahun ke tahun, sektor ini merupakan penyumbang emisi terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Terutama pada tahun 2015 di mana emisi karbon sangat tinggi karena kebakaran lahan gambut yang sangat parah pada tahun itu. Kemudian diikuti oleh sektor energi dengan emisi 506.473 Gg CO2e. Perlu dicatat bahwa pemenuhan energi di Indonesia masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil. Sektor lain yang juga menyumbang emisi karbon adalah Industrial Process and Product Use (IPPU) 53.892 Gg CO2e dan juga sektor limbah 2.940 Gg CO2e.

Gambar 1. Emisi GRK Nasional (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018)

Dalam Sustainable Development Scenario (SDS), International Energy Agency (IEA) menganalisis beberapa opsi untuk mengurangi emisi karbon seperti yang terlihat pada Gambar 2. Di antara opsi-opsi ini, Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) adalah satu-satunya teknologi yang dapat menangkap CO2 yang telah dilepaskan ke atmosfer. Sementara teknologi lainnya merupakan tindakan mencegah peningkatan emisi karbon. Dengan kata lain, CCUS adalah teknologi paling menjanjikan yang perlu diterapkan di setiap negara terutama di Indonesia. Sebagaimana komitmen Indonesia yang dinyatakan dalam Intended Nationally Determined Contributions (INDCs) untuk Paris Agreement pada tahun 2015, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% hingga 41% pada tahun 2030, termasuk pengenalan energi bersih dan terbarukan dan juga konservasi energi (The 5th ASEAN Energy Outlook, 2017).

Gambar 2. Skenario Pengurangan Emisi CO2 (International Energy Agency)

Kondisi CCUS di Indonesia saat ini

Menurut Indonesia CCS Study Working Group, saat ini Indonesia masih dalam tahap Penelitian dan Pengembangan (R&D) untuk teknologi CCUS. Namun, kecenderungan pemanfaatan teknologi ini di Indonesia difokuskan untuk peningkatan produksi sumur-sumur tua minyak dan gas yang tersebar luas di berbagai lokasi di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa pemenuhan energi dari bahan bakar fosil di Indonesia masih menjadi prioritas utama. Sedangkan dengan menggunakan CO2 sebagai EOR (Enhanced Oil Recovery) atau EGR (Enhanced Gas Recovery), emisi negatif tidak akan tercapai karena akan menghasilkan emisi karbon lainnya setelah minyak dan gas diekstraksi kembali ke permukaan. Dari skema pemanfaatan CO2 yang terlihat di Gambar 3, teknologi manakah yang paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia dan juga memenuhi syarat emisi negatif? Sebagai Geosaintis, saat ini penulis sedang mendalami teknologi Mineral Carbonation (mengubah CO2 menjadi material karbonat) dan Sequestration (menginjekasikan kembali CO2 ke dalam formasi geologi tertentu). Penjelasan lebih detail mengenai perbandingan kedua teknologi ini akan dibahas lebih lanjut dalam artikel selanjutnya.

Gambar 3. Alur Kerja Teknologi CCUS (Integrated CO2 Network)
Referensi
  • ASEAN Centre for Energy (ACE). (2017). The 5th ASEAN Energy Outlook (AEO5). Available at: http://www.aseanenergy.org/publications
  • Best, D., Mulyana, R., Jacobs, B., Iskandar, U. P., and Beck, B. (2011). Status of CCS Development in Indonesia. Energy Procedia 4, 6152-6156. doi:10.1016/j.egypro.2011.02.624
    COP21. (2015). COP21 Paris France Sustainable Innovation Forum 2015. Available at: http://www.cop21paris.org
  • Integrated CO2 Network (ICO2N). (2015). Fact sheet about CCUS technologies. Available at: https://www.pembina.org/reports/ccu-fact-sheet-2015.pdf
  • International Energy Agency Report. (2007). Capturing CO2. IEA Greenhouse Gas R&D Programme 2007. ISBN:978-1-898373-41-4
  • Ministry of Environment and Forestry. (2018). Indonesia Second Biennial Update Report Under the United Nations Framework Convention on Climate Change. Jakarta: Directorate General of Climate Change, Ministry of Environment and Forestry.

Admin2 FGMI

Leave a comment

  • Jaringan

  • Follow Us On Instagram

  • Crown palace Blok C No. 28
    Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No 231
    Tebet, Jakarta 12870

    Telp:(021) 83702848 - 83789431
    Fax: (021)83702848
    Email: sekretariat@fgmi.iagi.or.id