April 2017

Dilema Potensi Geothermal Lawu, Ekstraksi atau Pertahankan Tradisi?

   SINERGIS (Seminar Energi Nasional) merupakan acara seminar berskala nasional dengan topik energi yang diadakan oleh SM-IAGI UGM. SINERGIS 2017 kali ini hadir dengan judul “Dilema Potensi Geothermal Lawu, Ekstraksi atau Pertahankan Tradisi?” yang bertemakan eksplorasi dan pengembangan geothermal ini dikonsep untuk menyuguhkan kajian mengenai polemik eksplorasi geothermal di Gunung Lawu. Tema ini diangkat karena proyek Geothermal Lawu ini tengah menjadi isu hangat belakangan ini, pasalnya proyek eksplorasi ini dirancang di lokasi yang kaya akan cagar budaya selain cagar alamnya. Namun di sisi lain proyek eksplorasi di Gunung Lawu ini dikabarkan menyimpan potensi geothermal yang melimpah sehingga sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Maka dari itu realisasi proyek Geothermal Lawu ini masih menjadi perdebatan hangat yang menarik untuk diulas.

Pembukaan SINERGIS oleh MC,Bagaskara Wahyu Purnomo Putra dan Enjilika Wuisang

   SINERGIS yang diselenggarakan pada Hari Sabtu, 18 Februari 2017 bertempat di Ruang A1.06 – A1.07 FMIPA UGM hadir dengan dua sudut pandang pembicara pro dan kontra dalam mengulas proyek eksplorasi geothermal di Gunung Lawu. Seminar ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu presentasi dari pembicara pihak pro proyek eksplorasi geothermal dan sesi kedua merrupakan presentasi sekaligus talkshow yang disi oleh pihak kontra proyek eksplorasi geothermal. Dari sudut pandang pro proyek eksplorasi geothermal Gunung Lawu diwakili oleh Ir. Eben Ezer Siahaan, MBA selaku Vice President Exploration and Exploitation PT PGE dan Dr. Eng. Agus Setyawan selaku Koor Akademik Operasional Gunung Lawu dari Universitas Diponegoro. Pembicara pro proyek eksplorasi geothermal ini membahas tentang pentingnya dilakukan proyek eksplorasi geothermal, mengingat NKRI diperkirakan menyimpan potensi geothermal sebesar 28,1GWe yang setara dengan 12 juta barel minyak bumi. Di samping itu penurunan kualitas lingkungan akibat polusi yang ditimbulkan oleh hasil sisa pembakaran bahan bakar fossil seolah menuntut masyarakat modern untuk beralih pada energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, salah satunya adalah geothermal. Teknik yang digunakan untuk menyampaikan materi berupa penayangan slide presentasi yang setelahnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Presentasi oleh Bapak Eben Ezer

   Pada pemaparan materi yang disampaikan oleh Bapak Eben Ezer maupun Bapak Agus Setyanto, keduanya sama-sama mendukung pengembangan proyek geothermal Lawu dikarenakan besarnya jumlah energi yang dijanjikan dari produksi geothermal di Gunung Lawu. Selain itu dijelaskan pula bahwa dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh proyek geothermal ini tidak akan separah dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan bahan tambang lain seperti sumber daya mineral logam maupun non logam, batu bara, minyak, dan lain sebagainya. Sehingga proyek eksplorasi geothermal ini dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan proyek pertambangan yang lain. Apalagi penggunaan geothermal sebagai bahan bakar ini tidak menghasilkan emisi gas yang tidak terlalu berbahaya seperti bahan bakar fossil. Kemudian pihak pembicara dari PT PGE juga menjelaskan bahwa saat pelaksanaan proyek geothermal Lawu nanti bukan berarti PT PGE akan mengabaikan kesejahteraan warga lokal. Lahan warga yang digunakan untuk proyek ini tentunya akan diberi ganti rugi dan pembinaan-pembinaan usaha mandiri untuk meningkatkan kesejahtaeraan ekonomi warga lokal.

Sesi Tanya Jawab Seminar Sesi 1 bersama Bapak Eben Ezer Dan Bapak Agus Setyanto

   Seminar sesi satu ditutup dengan pembacaan kesimpulan oleh moderator dan hiburan berupa pembawaan lagu oleh Saudari Naomi Geraldine dengan diiringi iringan piano oleh Saudara Anindita Wisnu Batara. Kemudian diberikan waktu istirahat sebelum dilanjutkan pada seminar sesi kedua.

Pemberian Momento Oleh Ketua Dan Wakil Ketua SM-IAGI UGM Kepada Bapak Eben Ezer Dan Bapak Agus Setyanto Selaku Pembicara Seminar Sesi 1

   Seminar sesi kedua menghadirkan pembicara dari sudut kontra proyek eksplorasi yang diwakili oleh Bapak Agus Indaryanto, S.Sos, M.Si selaku dosen Departemen Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Cahyono Agus, M.Sc selaku guru besar Fakultas Kehutanan UGM, dan Bapak Joko Sunarto selaku tokoh masyarakat Lawu. Dalam sesi ini terdapat dua model penyampaian materi, yaitu berupa presentasi menggunakan slide dan talkshow yang diikuti dengan tanya jawab di setiap akhir sesi. Presentasi dibawakan oleh Bapak Cahyono Agus dan Bapak Agus Indaryanto. Sedangkan Bapak Joko Suratno menjadi pembicara dalam talkshow bersama dua pembicara sebelumnya. Dalam sesi presentasi antara Bapak Cahyono Agus dan Bapak Agus Indaryanto dipaparkan penekanan materi yang berbeda. Bapak Cahyono Agus sebagai Guru Besar Fakultas Kehutanan lebih menekankan bagaimana dampak aktivitas penambangan yang dapat menurunkan daya lingkungan. Terlebih lagi Gunung Lawu merupakan kawasan hutan lindung, yang mana pada saat ini luasan hutan di Indonesia dan bahkan dunia yang notabene merupakan sumber oksigen terbesar tengah mengalami penyempitan sehingga rencana penggarapan proyek geothermal Lawu ini tentunya tengah menjadi sorotan pemerhati lingkungan. Sedangkan Bapak Agus Indaryanto sebagai dosen antropologi budaya banyak membahas tentang pola pikir dan budaya masyarakat lokal yang menyebabkan proyek geothermal Lawu ditentang oleh warga setempat.

   Sebagaimana yang dipaparkan oleh Bapak Agus Indaryanto, hal ini berkaitan erat dengan pola pikir warga lokal yang dominan berbudaya jawa kental untuk menjaga tanah miliknya yang biasanya telah diwariskan turun-temurun dari leluhurnya. Selain itu di daerah Lawu memang banyak cagar budaya seperti petilasan Prabu Siliwangi, menhir, dan berbagai peninggalan budaya lain yang disakralkan dan dijaga sebaik-baiknya oleh warga setempat. Dengan adanya alih fungsi lahan untuk proyek Geothermal Lawu ini tentunya warga merasa terancam bukti-bukti peninggalan leluhurnya akan musnah. Setelah sesi presentasi oleh Bapak Agus Indaryanto ditutup, penyampaian materi dilanjutkan dengan talkshow yang dipandu oleh moderator dengan menghadirkan pembicara Bapak Suratno sebagai perwakilan warga lokal yang khusus didatangkan dari daerah Lawu untuk berbagi keluh kesah warga setempat mengenai rencana realisasi proyek Geothermal Lawu. Seperti yang telah dipaparkan oleh Bapak Agus Indaryanto bahwa benar jika warga lokal meresahkan ancaman terrenggutnya lahan mereka untuk pembangunan proyek geothermal Lawu. Pasalnya mereka sebagai masyarakat desa banyak menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan yang tentunya membutuhkan lahan cukup luas. Selain itu mereka juga khawatir bahwa proyek tersebut akan merusak cagar budaya yang ada di Gunung Lawu, karena cagar budaya tersebut sangat disakralkan oleh masyarakat setempat dan merupakan amanah besar dari leluhur untuk tetap menjaganya dan mewariskannya pada generasi berikutnya. Namun demikian Bapak Suratno dalam talkshow tersebut menjelaskan bahwa warga setempat masih terbuka kepada pihak PT PGE untuk mencari jalan tengah yang terbaik dalam merealisasikan rencana proyek geothermal Lawu agar menguntungkan semua pihak.

Sesi talkshow bersama Bapak Cahyono Agus, Bapak Agus Indaryanto, dan Bapak Joko Suratno yang dipandu oleh Moderator

   SINERGIS 2017 berakhir dengan berakhirnya sesi talkshow dan pemberian momento kepada ketiga pembicara dalam sesi kedua. Seminar ini berhasil menarik minat cukup besar dari publik, terbukti dengan permintaan tiket yang membeludak melebihi kuota hingga hari-H pelaksanaan seminar dan meriahnya sesi tanya jawab di setiap akhir penyampaian materi oleh semua pembicara. Dengan menghadirkan dua sudut pandang yang berseberangan untuk mengulas proyek eksplorasi geothermal yang akan didirikan di Gunung Lawu ini diharapkan peserta seminar dapat melihat kompleksitas permasalahan pada kasus ini serta mampu memberikan penilaian dengan bijak dan adil terhadap kedua pihak yang berbeda pendapat dalam menyikapi proyek geothermal. Sehingga tidak muncul penilaian yang terkesan berat sebelah dengan mengunggulkan salah satu pihak dan menjatuhkan pihak yang lain.

Sesi foto bersama Perwakilan Peserta SINERGIS, Pembicara Sesi 2, Ketua SM-IAGI-UGM, dan Perwakilan Panitia SINERGIS

Penelitian Longsor di Desa Songan Kabupaten Bangli, Bali

Kegiatan kerjasama penelitian FGMI, Pengda IAGI BALI dan BPBD Provinsi BALI, dari kanan Sekretaris BPBD Prov BALI, Kepala Bidang Kebencanaan, FGMI dan Pengda IAGI BALI

Dari rangkaian kerjasama penelitian FGMI, Pengda IAGI BALI dan BPBD Provinsi BALI maka tanggal 1 April 2017 merupakan lapangan terakhir penelitian gerakan tanah di desa songan B. FGMI yang diwakili oleh Oka melakukan penelitian yang berlangsung selama dua hari mulai jumat 31 Maret 2017, dengan membawa beberapa misteri saat pulang dan berdiskusi tentang beberapa proses alterasi dan oksida pada batuan breksi dengan teman-teman ahli mineral, yang jadi menarik apakah ubahan mineral batuan yg membentuk batuan breksi menjadi bertekstur lempungan ini memiliki area atau cakupan yang luas. Dari 3 stopsite pada tebing disekitaran lokasi longsor Desa Songan B, Dusun Bantas, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali bagian bawah hingga atas ditemukan jenis batuan tersebut dan beberapa berasosiasi dengan bidang detactment atau bidang glincir pada longsor-longsor kecil dan menjadi masuk akal ketika batuan yg awalnya sangat keras dan terubah menjadi bertekstur lempungan yang jenuh akan air mempermudah terjadinya glincir/sliding pada lapisan diatasnya dan ditambah dengan sistem penanaman dan penataan tanah yg kurang baik hingga saat ini potensi gerakan tanah akan terus membayangi.

Peta situasi gerakan tanah Desa Songan (modifikasi dari Badan Geologi dan lokasi pengamatan)
Lokasi pengamatan singkapan bagian bawah: (A) Lapukan breksi vulkanik; (B) lapukan Tepra; (C) lapukan lapili; (D) lapisan batutufan terjebak dalam masa lapili

Selain itu penerapan sistem geologi teknik sangatlah bagus utk mengurangi resiko kebencanaan, namun kembali ke masyarakat dan pemerintah apakah siap dengan hal tersebut. Selain melakukan penelitian FGMI juga memberikan poster mitigasi bencana gerakan tanah sebagai salah satu dukungan untuk mengurangi resiko bencana. Apabila tidak dapat menerapkan teknologi alangkah baiknya kita dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami kondisi lingkungan yang mereka tinggali. Poster tersebut diberikan kepada SD N 3 Songan dan SMP N 4 Songan yang disambut baik oleh masyarakat desa Songan maupun pihak terkait, diharapkan dari sarana poster ini anak-anak bisa paham dan dapat menyebar luaskan baik kepada keluarganya mapun orang lain bagaimana cara tanggap akan bencana yang baik dan benar.

Penyerahan Poster Mitigasi Gerakan Tanah dari FGMI kepada Kepala Sekolah SMP 4 Songan

Pemerintah harus lebih gencar dalam melakukan sosialisasi kebencanaan ataupun kelola tata ruang untuk mengurangi resiko-resiko kebencanaan, karena dari kegiatan lapangan dan diskusi dengan beberapa masyarakat cenderung mereka kurang paham bahwa mereka tinggal di daerah yang rawan longsor, dan cenderung kurang memahami apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu pentingnya sosialisasi maupun pendidikan mengenai kebencanaan oleh pemerintah yakni melalui sekolah-sekolah mapun badan kemasyarakatan seperti Banjar/Dusun.

Longsoran sekala kecil hingga besar sekitaran daerah kejadian
Lokasi longsoran Dusun Bantas, Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, kurang lebih terdapat 5 rumah yang telah hancur, dan korban meninggal 7 orang, luka berat dan ringan 7 orang

Kolaborasi Antar SM-IAGI

 

Pertemuan Pihak SM-IAGI yang Berada di Regional Bandung dengan Pengurus FGMI Regional Bandung

Jumlah SM-IAGI di seluruh Indonesia saat ini ada 24, dan sebagian besar berada di Pulau Jawa. Untuk meningkatkan silaturahmi antar SM-IAGI dari berbagai universitas, mulai tahun 2017 ini digalakkan kegiatan bersama antar SM-IAGI yang lokasinya tidak berjauhan, diantaranya yang sudah berjalan adalah SM-IAGI STTNAS, AKPRIND, UPN “Veteran” Yogyakarta dan SM-IAGI UGM. Kegiatan ini juga diperlukan supaya FGMI bisa lebih dekat dengan SM-IAGI.

Tak mau kalah dari SM-IAGI di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Minggu 2 April 2017, pengurus SM-IAGI Institute Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran berkumpul di Bandung untuk membahas kegiatan bersama. Kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan tanggal 13-14 Mei ini diberi nama Amazing Race, turut hadir  dalam rapat ini ketua FGMI korwil bandung Agata Vanessa. Kegiatan amazing race ini bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi antar pengurus SM-IAGI yang ada di Jawa Barat.

Targer peserta acara ini berjumlah 40 orang pengurus dan anggota SM-IAGI yang ada di Jawa Barat, dan pengurus FGMI. Pembukaan acara akan dilakukan dikampus ITB, kemudian akan dibagi 5 kelompok untuk bermain mengikuti rute ITB, Cikapundung, Dipatiukur, Museum Geologi dan Taman foto dengan waktu 5 jam. Malam harinya direncanakan akan ada Fun Camp, dimana seluruh peserta Amazing Race akan berlumpul menjadi satu dan melakukan kegiatan santai untuk saling mengenal, berdiskusi kegiatan antar SM-IAGI dan membahas program kerja.

Acara ini dipastikan akan sangat menarik dan bisa menumbuhkan ikatan silaturahmi baik antara mahasiswa geosain di Jawa Barat maupun mahasiswa dengan pengurus FGMI. Nantikan info selanjutnya mengenai event ini di media sosial FGMI.

 

 

  • Jaringan

  • Follow Us On Instagram

  • Crown palace Blok C No. 28
    Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No 231
    Tebet, Jakarta 12870

    Telp:(021) 83702848 - 83789431
    Fax: (021)83702848
    Email: sekretariat@fgmi.iagi.or.id