Bincang Santai FGMI dengan Penggiat Alam Harley Sastha

Tim FGMI dengan Harley Sastha

Latar Belakang Wawancara

Forum Geosaintis Muda Indonesia sejatinya harus bisa dekat dengan masyarakat, harus mulai bisa dikenal dengan baik oleh kalangan masyarakat, komunitas/organisasi lainnya dan pemangku kepentingan di negeri ini. Oleh karena itu mulai tahun 2017 ini tim media yang dibantu tim humas menggalakkan temu tokoh berbagai komunitas maupun pemimpin perusahaan. Salah satu yang dilakukan adalah bertemu dengan penggiat alam bernama Harley Bayu Sastha. Pada tanggal 20 Mei 2017 beberapa pengurus FGMI berkesempatan ngobrol bareng di salahsatu gerai Dunkin Donuts di Bogor, siapa kah dia? Simak wawancaranya berikut ini.

 

Siapa Harley Bayu Sastha?

Nama awalnya Harley, seperti salah satu pabrikan motor gede di dunia ini. Ternyata nama beliau diberikan oleh ayahanda nya karena ayahnya hobi menggunakan Harley Davidson. Pria yang berperawakan tinggi dan kurus ini ternyata berlatar belakang Teknik Sipil di salahsatu perguruan tinggi. Hobi nya dari kecil sudah berwisata alam, baik camping maupun melakukan pendakian. Pria kelahiran Bogor ini adalah penulis buku Mountain climbing for everybody dan Menuju Puncak Gunung Tambora. Serta penulis di Mountain Magazine. Aktivitas kesehariannya adalah menjadi penggiat alam bebass, menjadi narasumber di berbagai acara. Hal yang selalu dikampanyekan beliau adalah “Sadar Kawasan” dan saat ini menjadi salahsatu panitia Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati tanggal 10 Agustus 2017.

 

Sejak kapan suka dengan kegiatan alam bebas?

Dari kelas satu SMP sudah sering jalan-jalan setiap libur sekolah, ke Jogja, Bandung dll. Sejak masuk SMA mulai menyenangi kegiatan camping bersama teman-temannya.

 

Mengapa selalu mengkampanyekan pentingnya mengetahui status kawasan sebagai tempat kegiatan wisata alam?

Wisata alam saat ini bukan hanya menjadi hobi, tapi juga sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang tetapi sebagian besar hanya ingin bermain dan bersantai, tidak ingin tau bagaimana tempat wisata tersebut baik sejarahnya maupun kondisinya apakah itu termasuk taman wisata alam ataupun kawasan taman nasional atau status lainnya seperti taman hutan raya, cagar alam atau suaka margasatwa. Karena masing-masing punya aturan dan tatacara yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuan kegiatan.

Ketika melakukan kegiatan di dalam kawasan konservasi pun sudah ada jalur-jalur resmi yang telah ditetapkan oleh pengelola. Nah, cukup gunakanlah jalur-jalur resmi tersebut. Jangan gunakan jakur lain diluar jalur resmj yang telah ditetapkan. Stop! jalur ilegal.

Yang juga harus diingat: baca, lihat dan pahami do and don’t atau apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika melakukan aktifitas di dalam kawasan.

 

Kontribusi apa yang telah dilakukan?

Perjalanan nya ke Gunung Tambora, yang mempunyai sejarah letusan luar biasa membuat kang sastha tersadar bahwa Gunung ini harus dilestarikan dan diangkat menjadi kawasan taman nasional. Seharusnya anak-anak muda geosaintis menyadari hal ini dari dulu, tapi nampaknya peran anak muda geosain kurang dalam hal ini. Kang sastha beserta teman-temannya mulai menulis tentang Gunung Tambora, buku ini tidak dijual namun tersimpan sebagai arsip di kementrian kehutanan Indonesia. Untuk menjadikan kawasan Gunung Tambora menjadi Taman Nasional, dibentuklah beberapa team yang berisi ahli vulkanologi dari LIPI, ahli geologi, biologi dan social. Kang sastha sendiri masuk dalam salahsatu tim tersebut.

 

Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah di tempat wisata khususnya gunung?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah “riset”, riset kecil mengenai lokasi tujuan wisata kita, bagaimana kondisi disana, apakah ada warung, apakah ada mata air, berapa lama akan menjelajahi kawasan tersebut, apakah akan camping dll. Hal-hal kecil tersebut akan sangat berdampak pada bahan makanan yang akan dibawa, jumlah minum yang harus dipersiapkan dan jika dilokasi tersebut ada mata air maka kita bisa hanya membawa tumblr untuk mengurangi sampah plastik. Tidak dipungkiri bahwa gunung dan kawasan wisata lainnya penuh dengan sampah saat ini, para relawan berbagai komunitas sering melakukan pembersihan dalam waktu-waktu tertentu. Untuk itu kita harus menjadi traveler yang smart, mencintai alam karna alam yang membutuhkan kita bukan kita yang membutuhkan alam.

 

Apa harapannya untuk masyarakat dalam hal wisata?

Harapannya masyarakat tidak hanya menjadikan alam sebagai objek. Jadikanlah alam sebagi parnert.  Alam sangat penting untuk terus dijaga kelestariannya. Jelajai alam dengan bijak dan cerdas. Lihat, dengar dan rasakan. Niscaya akan kalian dapatkan bagaimana alam punya banyak cerita. Karena manusia membutuhkan alam, bukan alam yang membutuhkan manusia. Satu hal lagi yang paling penting, ketika wisatawan membeli souvenir dari suatu tempat wisata hendaknya jangan membeli souvenir yang merupakan hasil secara langsung maupun tak langsung dari flora/fauna yang dilindungi.

Redaksi FGMI

Leave a comment

  • Jaringan

  • Follow Us On Instagram

  • Crown palace Blok C No. 28
    Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No 231
    Tebet, Jakarta 12870

    Telp:(021) 83702848 - 83789431
    Fax: (021)83702848
    Email: sekretariat@fgmi.iagi.or.id