Bulletin FGMI

ESK-29 Bersama SM IAGI UIR: Inklusi Fluida dalam Kegiatan Eksplorasi MIneral

Selasa, 3 Oktober 2017, SM IAGI UIR mengadakan sharing knowledge dengan pembicara Agata Vanessa, ST. yang merupakan anggota FGMI dan Trisa Muliyana. Keduanya bekerja di Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi, Badan Geologi di bawah Kementrian ESDM. Mahasiswa SM yang ikut serta dalam sharing ini berjumlah 32 orang. Sebelum dimulai, acara ini dibuka oleh Ketua Program Studi Teknik Geologi UIR, Ibu Yuniati Yuskar, ST., MT. dilanjutkan oleh ketua SM IAGI UIR Zulhikmah.

Materi yang disampaikan dalam sharing knowledge kali ini mengenai Inklusi Fluida dalam kegiatan eksplorasi mineral. Dalam pemaparan ini dijelaskan bahwa analisis inklusi fluida dilakukan untuk menentukan temperatur pengendapan mineral, salinitas fluida yang berperan dalam alterasi dan mineralisasi, dan membantu mengkorelasi tahapan mineralisasi. Inklusi fluida adalah inklusi yang terperangkap dapat sebagai fasa zat padat, cair, dan gas pada suatu mineral tertentu (contoh: kuarsa, kalsit, sfalerit). Inklusi fluida memiliki beberapa fasa yaitu gas, cair, dan padat. Dalam prosesnya inklusi fluida dapat terbentuk secara primer dan sekunder. Pengukuran dari inklusi fluida adalah temperatur homogenisasi dan temperatur leleh. Temperatur Homogenisasi adalah temperatur yang diperoleh dengan cara menaikkan suhu sampai inklusi fluida, pada suhu tertentu mengalami perubahan fisik menjadi satu fasa. Temperatur homogenisasi ini merupakan temperatur pengendapan mineral. Temperatur Leleh adalah temperatur yang diperoleh dengan cara menurunkan suhu sampai pada batas tertentu inklusi fluida mengalami perubahan fisik membeku, kemudian inklusi kembali dipanaskan perlahan-lahan sampai inklusi kembali mencair seperti pada kondisi awal sebelum dibekukan. Dari temperatur leleh ini, dengan perhitungan tertentu akan mendapatkan salinitas fluida.

Sharing knowedge yang belangsung hingga 2 jam ini dilakukan secara 2 arah, beberapa mahasiswa bertanya terkait materi yang disampaikan dan juga terkait dengan peran kegeologian dalam eksplorasi mineral saat ini. Sharing knowledge kali ini diharapakan dapat membuka wawasan mahasiswa terutama dalam eksplorasi mineral.

Foto Bersama Agata Vanessa (pembicara), Trisa Muliyana (pembicara) dan peserta sharing kwowledge yang diselenggarakan oleh SM IAGI UIR.

Partisipasi FGMI Dalam Edukasi Konservasi Alam pada Festival Krakatau 2017

Agata Vanessa dan Setyo Wahyu mewakili FGMI dalam tour Krakatau

Festival Krakatau merupakan salah acara tahunan terbesar di Provinsi Lampung yang diselenggarakan sejak tahun 1990 dengan mengangkat nilai budaya dan tradisi lokal Provinsi Lampung. Festival dengan tema “The Glory of The Lampung Crown” ini diikuti oleh perwakilan seluruh Kabupaten dari Provinsi Lampung dengan membawakan seluruh budaya dan tradisi khas dari setiap Kabupaten yang berada di Provinsi Lampung. Dalam acara festival ini, Dinas Pariwisata Provinsi Lampung turut mengundang Blogger, Media, dan Organisasi sebagai sarana memperkenal keistimewaan Provinsi Lampung kepada masyarakat luas.

Festival Krakatau 2017 dilaksanakan tanggal 25 – 27 Agustus 2017 turut mengundang Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI)  yang diwakili oleh Agatha Vanessa (Ketua FGMI Korwil Bandung) dan Setyo Wahyu Nurdian (Anggota FGMI Korwil Bandung). Acara Festival Krakatau 2017 terbagi atas 2 sesi yaitu Tour Krakatau  yang dilaksanakan pada 25 sampai 26 Agusutus 2017 di Pulau Sebesi dan Gunung Anak Krakatau serta Pesona Kemilau Sang Bumi Ruwa Jurai pada tanggal 26 sampai 27 Agustus 2017 di Kota Bandar Lampung.  Acara Tour Krakatau dibuka di Dermaga Bom oleh perwakilan Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Lampung (BKSDA) dan Dinas Pariwisata Provinsi Lampung sekaligus melepas sekitar 250 perserta menggunakan kapal penumpang menuju Pulau Sebesi untuk menginap dan mengenal potensi pariwisata di Pulau Sebesi.

FGMI dan komunitas lain yang mengikuti festival Krakatau

26 Agustus 2017 dini hari, seluruh peserta berangkat menuju Gunung Anak Krakatau dalam rangka mengikuti acara edukasi konservasi alam. Di Gunung Anak Krakatau, Saturnino, perwakilan dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Lampung (BKSDA) menjelaskan pentingnya konservasi alam di daerah Cagar Alam Krakatau kepada media dan organisasi terkait. Dengan penjelasan itu, diharapkan pihak Media dan Organisasi dapat membagikan informasi agar timbul kesadaran masyarakat akan konservasi alam sehingga masyarakat mengetahui bahwa Cagar Alam Krakatau bukanlah tempat wisata saja melainkan tempat Edukasi Konservasi Alam. Pada 27 Agustus acara selanjutnya diselenggarakan di Lapangan Saburai, Bandar Lampung.

Perwakilan Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) dan SM-IAGI Universitas Lampung mendapat kesempatan untuk mengisi sebuah booth Geologi yang bertujuan untuk mengenalkan Gunung Krakatau secara geologi kepada masyarakat Provinsi Lampung. Selain dari FGMI dan SM-UNILA, penjagaan dan pengisian di booth juga diisi oleh Geotour Lampung yang juga merupakan mahasiswa UNILA yang diwakili oleh Andi.

Acara ini menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik wisatawan menikmati pesona budaya dan keindahan yang tersembunyi di Provinsi Lampung.

Booth IAGI yang dibantu oleh SM-IAGI UNILA dan Geotour Lampung

FGMI Ikut Memeriahkan HKAN 2017

HKAN (Hari Konservasi Alam Nasional) merupakan rangkaian kegiatan dalam memperingati hari konservasi alam yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus 2017. Kegiatan ini telah diselenggarakan untuk ke-3 kalinya yang sebelumnya telah berlangsung di Taman Nasional Bali Barat dan kini di langsungkan di Taman Nasional Baluran.

Dalam perhelatan besar ini, Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) selaku anak organisasi Ikatan Ahli Geologi Indonesia turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut yang diwakili oleh Oka Agastya (Litbang FGMI), Arifin (Ketua SM IAGI AKPRIND) dan Rahman (SM IAGI ITS). Kegiatan HKAN 2017 berlangsung dari tanggal 7-11 Agustus 2017.

 

Foto teman-teman FGMI di acara HKAN 2017

Pada hari rabu, 9 Agustus 2017 secara resmi kegiatan jambore Hari Konservasi Alam Nasional ke 3 di Taman Nasional Baluran di buka oleh Ditjen. KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam and Ekosistem) dimana kegiatan ini di ikuti oleh Balai KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) seluruh Indonesia, pengelola Taman Nasional maupun mitranya dan komunitas penggiat konservasi. Kegiatan di hari pertama ini di awali dengan pembukaan jambore dan perkenalan antar komunitas. Diadakan juga talkshow mengenai kendala maupun pengalaman dalam konservasi maupun eco-wisata berbasis konservasi. Di sela-sela kegiatan peserta perwakilan FGMI juga berkenalan dengan berbagai macam komunitas salah satunya FK3I (Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia). Momen ini dimanfaatkan untuk sharing kegiatan dan tukar pikiran mengenai konservasi dan peranan ilmu kebumian dalam konservasi teersebut.

Keadaan tempat perkemahan (kampong konservasi) HKAN 2017 (1)

Pada hari kamis, 10 Agustus 2017 yang bertepatan dengan peringatan hari konservasi alam nasional, kegiatan hari ini dibuka langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya, di tandai dengan pelepasan burung merak hijau dan burung elang. Selanjutnya para peserta jambore dan undangan menghadiri pameran HKAN 2017 yang diisi oleh berbagai Taman Nasional di Indonesia. Diadakan juga workshop travel writer. videography dan kepemanduan pariwisata dan kegiatan fieldtrip di daerah Savana Bekol, Pantai Bama, Bendungan Bajul Mati, Bird Watching, tranplantasi coral di dalam Taman Nasional dan kegiatan kerja nyata HKAN 2017.

Keadaan tempat perkemahan (kampong konservasi) HKAN 2017 (2)

Bertemu dengan berbagai macam lintas komunitas dan badan konservasi, peserta banyak mendapatkan pengalaman dan wawasan mengenai konservasi dan melihat sisi konservasi dari sudut pandang berbagai keilmuan, dan mengenal regulasi di dunia konservasi alam. Semoga dengan kegiatan ini memiliki manfaat banyak bagi FGMI sehingga kesadaran akan pentingnya peranan geosaintis muda dalam konservasi harus ditumbuhkan, baik konservasi dalam geowisata maupun konservasi singkapan yang memiliki nilai yang luar biasa bagi pembelajaran kebumian ataupun yang nantinya digunakan sebagai kegiatan wisata berbasis kebumian.

ESK 28 – Mempelajari Proses dan Melihat Produk : “Yang Tersingkap adalah Teka-Teki dan yang Terkubur adalah Misteri”

Sabtu, 29 April 2017, FGMI sukses melaksanakan kegiatan Experience Sharing Knowledge ke-28 yang bertempat di kantor Conoco Phillips, Gedung Ratu Prabu II. Seperti biasanya, kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan para geosaintis muda Indonesia ini dihadiri oleh peserta dari kalangan profesional muda dan mahasiswa. Suatu kesempatan berharga bagi peserta ESK ke-28 ini, karena pembicara adalah researcher yang berpengalaman di bidangnya dan berhasil mempresentasikan hasil penelitian yang konteksnya merupakan “gaya baru” bagi dunia geosains di Indonesia.

Kedua pembicara tersebut antara lain Iqbal Fardiansah dan Leon Taufani. Keduanya berasal dari kelompok riset independen bernama GeoPangea Research Group Indonesia (sebelumnya kelompok riset ini berafiliasi UPN “Veteran” Yogyakarta). Iqbal Fardiansyah membawakan materi mengenai “Quantitative of Modern Fluvial Morphology and Experimental Stratigraphy”, sedangkan Leon Taufani membawakan materi dengan topik lain “Digital Outcrop Analogue for Geological Modelling and Reservoir Characterization”. Kedua topik ini menitikberatkan pada pemahaman dasar seorang geologist dalam merekontruksi keadaan bawah permukaan dengan suatu analog model.

Sebelum presentasi dimulai, Bondan Ramadan sebagai ketua pelaksanan kegiatan menyampaikan sambutan kepada para peserta, dan kemudian kegiatan resmi dibuka pada pukul 08.30 WIB oleh Nur Cholis, ketua Forum Geosaintis Muda Indonesia.

Kegiatan inti pun dimulai, presentasi diawali dengan bahasan Fluvial Morphology oleh Iqbal Fardiansyah. Salah satu poin penting yang harus dipahami oleh geologist yang terbiasa mengerjakan data bawah permukaan adalah resolusi seismik 3D belum dapat memecahkan permasalahan kompleks sedimentasi pada masa lampau, terlebih untuk lingkungan sedimentasi fluvial. Fluvial morphology meliputi channel belt, yaitu wilayah berkembangnya migrasi sungai. Channel belt sangat dikontrol oleh besar kelerengan area sedimentasi (topografi cekungan), semakin besar nilai kelerengan maka sungai menganyam (braided) akan terbentuk. Sebaliknya, semakin rendah nilai kelerengan maka sungai meandering lah yang akan terbentuk. Topografi cekungan merupakan fator yang dikontrol oleh tektonik regional, setiap tatanan tektonik akan membentuk karakteristik sedimentasi sungai yang berbeda. Untuk itu, seorang geologist yang menggunakan model fluvial pada tatanan tektonik passive margin untuk diterapkan di wilayah Indonesia merupakan suatu praktik kekeliruan. Selain itu, faktor yang mengontrol sistem sedimentasi fluvial adalah luasan area sedimentasi yang dapat mempengaruhi “keleluasaan” perkembangan channel belt.

Pembicara Pertama, Iqbal Fardiansyah yang sedang Menjelaskan tentang Fluvial Morphology.

Bang Iqbal, nama sapaan beliau, melanjutkan penjelasannya dengan memaparkan elemen arsitektur fluvial yang meliputi channel (point bar dan thalweg), levee, floodplain dan crevasse splay. Konsep dasar penyusunan material sedimen sandy grain di tubuh sungai adalah lateral accretion pada sungai meandering dan downstream accretion pada sungai braided. Bagian yang menjadi aliran air sungai (thalweg) pada akhirnya akan terisi oleh lempung (channel filling) dengan geometri channel. Hal ini yang sering menipu para exploration geologist, yakni menjadikan channel fill sebagai target pemboran padahal isinya adalah lempung. Disinilah pemahaman seorang geologist diperlukan.

Selanjutnya, materi disambung dengan bahasan experimental stratigraphy yang berisikan hasil eksperimen sedimentasi campuran pasir dan bubuk batubara dengan media Flume Tank (semacam akuarium yang di-setting) dan Stream Table Experimental Landscape. Kedua pemodelan ini bertujuan untuk mengenali proses sedimentasi, sebagaimana pada data seismik, well log dan singkapan hanyalah rekaman produk akhir. Media flume tank digunakan untuk memodelkan sedimentasi yang dikontrol oleh sesar normal dan naik turunnya muka air laut (sikuen stratigrafi) studi kasus Cekungan Kutai. Hasilnya sangat menakjubkan para peserta, dengan pemodelan skala kecil saja menunjukkan bahwa adanya perbedaan karakteristik susunan endapan secara lateral pada sisi kanan dan kiri flume tank. Skala kecil saja sudah menunjukkan kompleksitas, dan inilah kemutlakan yang terjadi dalam satu cekungan. Untuk itu, perbedaan paket sedimen secara lateral dan vertikal dalam satu cekungan wajib dikenali oleh seorang exploration geologist.

Selain itu, flume tank juga dapat digunakan untuk memodelkan arus turbid. Dalam sesi ini, pembicara menampilkan video selama eksperimen arus turbid berlangsung. Pergerakan arus turbid menuruni lereng berbeda kecepatannya pada kondisi air tawar dan air asin, ketika memasuki zona air asin kecepatan arus menurun dan pada batas transisi salinitas terbentuk awan sedimen (plume sediment) yang bergerak sejajar dengan kontak perbedaan salinitas air. Peristiwa ini dikenal dengan hypopicnal.

STEX digunakan untuk memodelkan morfologi dan paket sedimentasi mulai dari fluvial, trasitional hingga shallow marine seiring dengan naik dan turunnya muka laut. Kesimpulan menarik yang didapatkan dari eksperimen ini adalah bentuk sungai berbeda ketika muka laut turun, yakni bentuk sungai lurus dan di daerah transisi terbentuk delta, sedangkan dalam kondisi muka laut naik sungai yang terbentuk adalah sungai meandering dan di daerah transisi terbentuk estuaria. Perbedaan ini dapat membantu geologist untuk memahami persebaran fasies sedimentasi (baca : reservoir) seiring dengan perubahan muka laut.

Materi kedua yang disampaikan oleh Leon Taufani yang diawali dengan pengenalan Digital Outcrop Modelling. Insiasi awal DOM ini pada tahun 2014 terinspirasi dari paper yang dibuat oleh seorang Professor di luar negeri, GPRG berusaha mencoba menerapkannya untuk singkapan di Indonesia. Singkapan Middle Miocene of Kutai Basin yang dijadikan sebagai objek penelitian dengan pertimbangan heterogenitas fasies yang tinggi, serta terdapatnya kemenerusan ke bawah permukaan (Sumur Bongkaran) dari batuan yang tersingkap tersebut.

Pembicara Kedua, Leon Taufani yang sedang Menjelaskan tentang Digital Outcrop Modelling.

Dalam membuat model reservoir sangat penting dikenali “depositional facies as fundamental control on petrophysics. Tantangannya adalah : resolusi seismik dan well log tidak cukup untuk mengenali heterogenitas fasies. Untuk itu, pentingnya dilakukan analisis singkapan dengan metode DOM dengan tujuan mendapatkan parameter (baca : variogram) untuk kemudian diterapkan pada pengerjaan data bawah permukaan. Keuntungan dari metode ini adalah dapat memodelkan 3D tipe dan geometri reservoir dengan harga yang murah dan waktu yang efisien.

Salah satu kesulitan untuk menerapkan metode ini di wilayah Indonesia adalah dimensi singkapan yang terbatas akibat tatanan tektonik yang rumit, vegetasi yang lebat, serta kualitas singkapan yang rendah disebabkan oleh intensitas pelapukan yang tinggi. Untuk itu, metode ini sangat cocok jika diterapkan di area pertambangan untuk mendapatkan singkapan yang menerus dan akan lebih baik lagi jika singkapannya menerus di semua sisi. Dimensi singkapan harus mempunyai resolusi spasial untuk menangkap heterogenitas fasies. Ukuran singkapan yang dapat digunakan untuk analisis DOM mulai dari skala kiloan meter (analogi seismik) hingga skala puluhan meter (analogi sumur).

Data yang diambil meliputi foto digital dengan media drone (sisi pengambilan foto menggunakan prinsip stereoskopis), arus purba dan sedimentology log yang diambil pada titik-titik representatif. Sampel batuan pun diambil dengan interval 5 cm untuk menetailkan data ukuran butir. Pengolahan data menggunakan tiga perangkat lunak meliputi PhotoScan untuk menggabungkan foto, VIGS untuk membuat marker dan Petrel untuk memodelkan. Tahap interpretasi data meliputi outcrop attribute analysis, sedimentary log input, ketebalan stratigrafi, strike/dip, paleocurrent, horizon picking, fault picking (jika ada). Catatan : langsung membuat sketsa picking di lapangan agar well documented. Teknik pemodelan yang dapat digunakan ada tiga, yaitu Sequential Indicator Simulation, Object Based Technique, dan MPS.

Leon Taufani kemudian melanjutkan presentasi dengan menjelaskan hasil penelitiannya di Cekungan Kutai. Semua justifikasi marker stratigrafi dilakukan di lapangan. Marker berupa lapisan yang mengandung iknofosil glassifungites dan ophiomorpha yang menjadi penciri lingkungan pengendapan delta. Hasil pemodelan berupa model 3-D, diagram pagar dan slice horizontal di setiap marker stratigrafi. Perubahan, sebaran fasies dan arah sedimentasi dari slice horizontal tua ke muda dapat dikenali dan menujukkan dinamika sedimentasi di lingkungan delta, khususnya bagian distal dari lobe. Kelebihan pemodelan ini adalah resolusinya yang tinggi, yakni dapat menampilkan heterogenitas sampai 10 cm. Berdasarkan model yang dihasilkan, semakin tinggi net to gross batupasir maka konektivitasnya pun semakin tinggi. Selain itu, Leon Taufani menunjukkan cara mengikat hasil pemodelan dengan data petrofisika.

Demikian kegiatan ESK-28 yang telah selesai dilaksanakan. Materi yang disampaikan oleh kedua pembicara ini membuat kami teringat akan ungkapan “belajar cepat dari buku, belajar lengkap dari batu”. Salam Geosaintis Muda Indonesia!

Kegiatan Diakhiri dengan Foto Bersama d Narasumber dan Para Peserta

Catatan : Jika pengunjung website ini tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan metode tersebut, dapat menghubungi Iqbal Fardiansyah (iqbal.bremen@gmail.com).

FGMI Traveling – MUSEO GEOMINERO, MADRID, SPANYOL

Halo, rekan-rekan FGMI!

 

Saya Citta Widagdo, anggota Divisi Media dan Jurnalistik Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI). Bulan Juli lalu, saya berkesempatan mengunjungi Museo Geominero di Madrid, Spanyol.

Kenampakan Dalam Museo Geominero

Awalnya, pada saat melakukan wisata musim panas di Spanyol, saya iseng-iseng mencari tempat wisata di Madrid yang unik dan masih jarang dikunjungi turis. Melalui situs Timeout, saya menemukan rekomendasi untuk mengunjungi Escuela de Ingenieros de Minas, yang merupakan bangunan Technical University’s School of Mining and Energy Engineering. Bangunan indah ini dimulai tahun 1884 dan direstorasi pada tahun 1980-an, yang didesain oleh salah satu arsitek bersejarah di Madrid bernama Ricardo Velázquez. Bangunan ini memiliki pilar-pilar cantik dan langit-langitnya terdiri dari struktur metal dan kaca yang menerangi seluruh ruangan tengah gedung. Di bagian bawah tanah, terdapat rekonstruksi tambang dengan galeri dan coal pit.

Saat saya berkunjung kesana, begitu masuk saya langsung disambut oleh seorang mahasiswi universitas yang sedang akan memberikan tur universitas pada wisatawan dalam bahasa Inggris dan Spanyol. Rupanya, keindahan gedung universitas ini menjadi daya tarik juga bagi wisatawan! Mahasiswi tersebut kemudian menyarankan saya untuk mengunjungi Museo Geominero yang terletak tepat disebelah gedung universitas, tepatnya di dalam gedung Spanish Geology and Mining Institute.

Kenampakan Dalam Museo Geominero dari Lantai Atas
Kenampakan Dalam Museo Geominero pada Lantai Bawah

Museo Geominero ini ditujukan untuk mempromosikan kekayaan dan keragaman geologi dan pertambangan di Spanyol. Koleksinya terdiri dari batuan, mineral, fosil yang berasal dari berbagai wilayah di Spanyol dan di dunia. Banyak koleksinya yang ditemukan saat pemetaan geologis wilayah Spanyol yang diperintahkan oleh keluarga kerajaan Ratu Isabel II pada tahun 1849. Gedungnya sendiri didesain oleh arsitek Francisco Javier de Luque dan insinyur pertambangan Primitivo Hernández Sampelayo, dan diinaugurasikan oleh King Alfonso III pada 24 Mei 1926. Gedung yang indah inilah yang kemudian menjadi atraksi bagi para pengunjung.

Salah Satu Showcase yang Menampilkan Fosil (1)
Salah Satu Showcase yang Menampilkan Fosil (2)

Museo Geominero terbuka untuk umum secara gratis. Begitu masuk, di pintu utama sudah disediakan brosur, DVD, dan buku penjelasan gratis mengenai museum dan berbagai batuan yang menjadi koleksinya untuk pengunjung, baik dalam bahasa Spanyol dan bahasa Inggris. Selain menjadi tempat koleksi, berbagai kegiatan dan workshop dalam bidang pertambangan, geological risks, dan geodiversity secara rutin diselenggarakan, termasuk untuk anak-anak dan pemuda sebagai pusat pembelajaran. Bahkan, Museo Geominero ini memiliki maskot tersendiri bernama Gea, yang difiturkan dalam berbagai DVD untuk menjelaskan berbagai topik geosaintis secara sederhana kepada masyarakat umum!

Salah Satu Showcase yang Menampilkan Batuan
Salah Satu Showcase yang Menampilkan Mineral

Sebenarnya kegiatan yang dilakukan disana pun sederhana, hanya membutuhkan implementasi ide-ide untuk menarik masyarakat umum supaya lebih tertarik kepada geologi. Mulai dari mempublikasikan universitas dan museum di situs-situs pariwisata lokal dan blog, menyiapkan material seperti DVD, kartu pos, dan buku panduan untuk dibagi-bagi, bekerjasama dengan universitas untuk mengadakan kegiatan rutin (termasuk kegiatan keluarga yang melibatkan anak-anak), serta menggunakan maskot sebagai simbol untuk mendekatkan keakraban. Namun, ide-ide inilah yang perlu kita implementasikan lebih lanjut di Indonesia. Secara umum, kunjungan ke Museo Geominero ini sangat menarik dan berkesan, serta menginspirasi saya untuk mencari museum-museum serupa suatu saat saya mengunjungi negara lainnya. Semoga bacaan ini bisa membuat teman-teman FGMI bersemangat untuk juga terus mempromosikan kekayaan dan keragaman geosaintis di Indonesia, ya!

Oleh : Citta Parahita Widagdo

FGMI Berkolaborasi dengan ISPG pada ESK-27 di Jakarta : Borehole Image

 

Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) berkolaborasi dengan Indonesia Society of Petroleum Geologists (ISPG) menyelenggarakan acara Experience Sharing Knowledge (ESK) dengan pembicara Merza Media Adeyosfi, Borehole Geologist Schlumberger.

Merza Media Adeyosfi, Pembicara pada ESK ke-25, Jakarta

Kegiatan ini dibuka dengan kata sambutan oleh Presiden ISPG, Julianta Panjaitan yang juga merupakan perwakilan Medco E&P Natuna yang turut mendukung kegiatan ESK kali ini. Dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Ketua Umum FGMI, Nurcholis serta pemaparan rangkaian acara oleh ketua acara ESK kali ini, Bella Dinna Safitri.

Materi yang disampaikan sangat menarik dan bertahap, di awali dengan pengenalan dan akuisisi borehole image dengan menggunakan tools yang beraneka ragam, selanjutnya mengetahui data quality control dilakukan. Peserta turut aktif mengerjakan exercise yang telah disiapkan oleh pemateri. Pengerjaan exercise dilakukan secara berkelompok dan pembahasan tiap exercise dilakukan bersama-sama. Ditengah break, Presiden ISPG Julianta Panjaitan memaparkan kegiatan yang dilakukan ISPG. Pada kesempatan ini juga, Ketua Umum FGMI mensosialisasikan prosedur keanggotaan IAGI.

Diskusi Exercise  dalam Kelompok
Pembahasan Exercise antara Peserta dengan Narasumber

Materi dilanjutkan dengan pembahasan structural dan sedimentological analysis. Pada sesi ini, peserta kembali berdiskusi melalui exercise interpretasi borehole image terkait perbedaan fault dan fracture, sealing dan non sealing fault, identifikasi lithologi, penentuan facies, dan analisis paleocurrent.

Acara diakhiri dengan pemberian momento oleh Ketua Acara kepada pemateri dan sesi foto bersama panitia, pemateri dan peserta ESK kali ini.

Penyerahan Momento oleh Ketua Acara kepada Narasumber
Kegiatan Diakhiri dengan Foto Bersama d Narasumber dan Para Peserta

ESK-24 di Balikpapan: Melirik Pengembangan Shallow Gas di Lapangan Tunu, Blok Mahakam

Para Narasumber dan Peserta ESK-24, 2016 di Balikpapan
Para Narasumber dan Peserta ESK-24, 2016 di Balikpapan

Balikpapan, FGMI Online – Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) bekerja sama SM-IAGI STT Migas Balikpapan mengadakan acara Experience Sharing Knowledge (ESK)ke-24 di Balikpapan untuk pertama kalinya pada hari Minggu, 29 Mei 2016.

Kegiatan ESK kali ini menghadirkan empat pembicara untuk membahas berbagai isu menarik mengenai eksplorasi dan pengembangan shallow gas, baik dari kajian geologi dan geofisika serta risikonya di dalam pengeboran.

Tema tersebut diambil oleh karena selama ini di Blok Mahakam, khususnya lapangan Tunu milik Total E & P Indonesie (TEPI) sangat menghindari zona dangkal untuk menjadi target reservoir. Akan tetapi, zona dangkal di lapangan Tunu, Blok Mahakam kini justru dicari. Selain itu, acara ini bertujuan untuk membawa peserta memahami lebih dalam mengenai seluk-beluk Blok Mahakam, khususnya Lapangan Tunu mulai dari kajian geologi, geofisika, dan operasi pengeborannya.

Sesi pertama dipaparkan oleh Argo Wuryanto, Geologist Tunu Shallow TEPI. Argo membawakan presentasi yang berjudul “Developing Shallow Reservoir Target – Mahakam (Lower Kutai Basin).Menurut Argo, lapangan Tunu pada awalnya merupakan lapangan raksasa di blok Mahakam yang memiliki luas sebesar 75km x 18km. Lapangan tersebut pertama kali ditemukan tahun 1967-1974 dan proses produksi dimulai pada 1990-1994. Selanjutnya, pengembangan industri dimulai tahun 1995 dan berlangsung hingga saat ini.

Dahulu, kegiatan pengeboran di Lapangan Tunu selalu menghindari reservoir-reservoir di zona dangkal. Hal ini dikarenakan terdapat banyak shallow gas atau yang lebih dikenal dengan biogenic gas di daerah tersebut. Gas biogenik merupakan gas yang diproduksi bakteri metanogenik pada suhu 750C. Proses kimia yang terjadi pada gas biogenik adalah reduksi dan fermentasi. Untuk proses reduksi terjadi pada lingkungan laut (marine) sedangkan proses fermentasi pada lingkungan laut dalam (deepwater). Kedua proses tersebut akan menghasilkan gas methana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Proses tersebut sangat berkaitan dengan rata-rata pengendapan dari sedimen dan suhu yang cocok untuk terbentuknya gas methana.

Adapun penyebaran gas biogenik di Indonesia dapat dilihat pada beberapa lapangan, yaitu:

  • Lapangan Wunut – Lapindo: Volkaniklastik, kedalaman tidak diketahui.
  • Lapangan Karangringin – Pertamina: Marine sediment pada kedalaman 300-400m.
  • Lapangan Bentu – EMP: Marine sediment pada kedalaman 600-700m.
  • Lapangan Tunu – Total: delta.

Secara konsep stratigrafi, prograding sedimentation sangat berlaku di Mahakam. Bentuk sungai Mahakam yang berkelok-kelok membuat arus sungai di hulu sangat kuat sedangkan begitu ke arah laut arus semakin lemah. Peristiwa tersebut membentuk adanya prograding sedimentation. Semakin ke atas semakin kasar (prograde) sehingga akan ditemukan channel yang semakin tebal dan terkoneksi. Secara umum siklus regresif (penurunan muka air laut) bekerja lebih dominan dibandingkan dengan siklus transgresi (kenaikan muka air laut).

“From hazard becoming targets” merupakan istilah yang tepat untuk membahas shallow gas di Tunu. Data-data Log (Gamma Ray, Resistivity, Density, dan Neutron), Total Gas, dan akusisi seismik sumur main zone, keseluruhannya dipakai untuk eksekusi shallow target. Dengan berbekal data-data tersebut, Total E & P Indonesie mulai melakukan pengeboran di zona dangkal tahun 2011 sampai dengan sekarang.

Sesi kedua diisi oleh Rangga Bramantio, Head of Geophysic TEPI. Didampingi oleh Debrina Sugiarto, keduanya memaparkan keberhasilan Total E & P Indonesie dalam menemukan potensi sumber gas dari lapangan raksasa Northwest Tunu 3D (NWT 3D) di Blok Mahakam yang berpotensi dengan kandungan gas sebesar 700 juta kaki kubik.Potensi gas itu diyakini dapat mendukung seluruh lapangan yang masih dipakai Total. Melakukan survei seismik 3 dimensi di Lapangan Tunu tentunya bukan proses yang mudah. Banyak hal yang harus dikorbankan dalam melakukan seismik untuk mencari potensi minyak atau gas bumi di bawah permukaan.

Pada Oktober 2014 lalu, perusahaan TEPI menyelesaikan survei seismik 3D di Lapangan Tunu yang telah berlangsung sejak April 2012. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menentukan dan mencari lokasi reservoir yang menjadi target pengeboran dan lokasi sumur, di zona Northwest Tunu. Berbagai tantangan harus dihadapi pada saat melakukan survei seismik ini, oleh karena Lapangan Tunu berada di daerah rawa-rawa hutan mangrove sehingga banyak terdapat tambak udang, sungai, dan instalasi GTS. Pekerjaan tersebut harus dilakukan secara hati-hati oleh karena kegiatan seismik menggunakan teknologi peledakan mutakhir, peralatan dalam jumlah besar, serta melibatkan ribuan pegawai.

Setelah survei seismik dilakukan, berlanjut ke tahap berikutnya yaitu processing data, akusisi, dan interpretasi. Dilihat dari litologinya, reservoir di Lapangan Tunu ini terdiri atas interkalasi shale, sand dan coal. Keseluruhannya tipis-tipis, akan tetapi jumlahnya sangat banyak. Rata-rata kolom gas di Lapangan Tunu adalah berkisar 6meter dan yang paling tebal sekitar 16meter. Adapun gas bearing sand vs coal dapat dibedakan pada seismik dengan menggunakan seismic processing. Metodologi geofisika yang digunakan pada Tunu Shallow yaitu: gas discrimination, surface extention/ connection, quantitative: net pay to reserve, dan well design.

Sesi terakhir membahas tentang resiko operasi shallow gas selama pengeboran oleh Roy Lesmana, Deputy Well Geology and Petrophysic Department, Total E & P Indonesie. Roy memaparkan soal shallow gas secara umum dan prosedur pada shallow gas.

Shallow gas terakumulasi pada kedalaman dangkal. Hal tersebut dapat ditemukan selama proses pengeboran. Dengan tekanan formasi pada kedalaman dangkal, kekuatan shoe sebelumnya tidak dapat menahan jika ada tendangan (kick). Hal ini dikarenakan litologi pada kedalaman dangkal didominasi oleh material lepas seperti pasir (sand), lempung (clay), dan gambut (peat) serta pada shallow gas drilling hanya dilengkapi diverter untuk menahan tekanan formasi yang maksimal tekanan 500psi.

Adapun beberapa bahaya selama pengeboran shallow gas adalah:

  1. Swabbing: disebabkan oleh kehilangan hidrostatik lumpur pada sumur dan tendangan shallow gas pun terjadi. Trip out pipe pada zona shallow gas biasanya dilakukan dengan pumping out of hole untuk mencegah swabbing.
  2. Mud Weight (MW): selama pengeboran terjadi MW harus konsisten. Jika MW >>> tekanan formasi maka akan terjadi cracking di dalam formasi. Sebaliknya, jika MW <<< tekanan formasi maka akan terjadi swabbing.
  3. Jika kecepatan penetrasi (rate of penetration/ROP) terlalu cepat dan tidak seimbang dengan kebersihan sumur (good hole cleaning) sehingga beban di annulus akan semakin berat sejalan dengan kenaikan Equivalent Circulating Density (ECD). Hal ini yang meyebabkan keretakan (fracture) pada formasi.

Untuk menanggulangi itu semua maka seluruh kegiatan pengeboran pada shallow gas harus mengikuti prosedur sebagai berikut:

  1. Investigasi shallow gas dengan data seismik.
  2. Seleksi tipe anjungan (rig) untuk lepas pantai (offshore) yang menyediakan perlengkapan selama zona shallow gas.
  3. Alat yang spesifik untuk pengeboran zona shallow gas.
  4. Prosedur spesifik untuk pengeboran zona shallow gas.
  5. Mempersiapkan sumber daya manusia yang baik untuk mencegah terjadinya human error.

Roy menceritakan pengalamannya pada saat menjadi Wellsite Geologist TEPI bahwa Safety First merupakan hal yang krusial. TEPI akan memberikan STOP CARD untuk siapa pun yang tidak mengikuti aturan yang berlaku selama pengeboran terjadi dan di kawasan anjungan. Sebelum pengeboran shallow gas dilakukan, terdapat beberapa persiapan yang dilakukan baik oleh Company Man, Wellsite Geologist, Mud Supervisor dan seluruh anggota yang terlibat di dalam pengeboran tersebut. Tahapan persiapan ini terdiri antara lain yaitu:

  1. Safety meeting: dilakukan sebelum melakukan pekerjaan pengeboran shallow gas. Safety meeting dipimpin langsung oleh Company Man.
  2. Mengecek berat jenis lumpur dan bacaan gas yang terekam pada alat di Mudlogging Unit.
  3. Membersihkan Conductor Pipe (CP).
  4. Pada pengeboran shallow gas harus ada senior baik itu senior Company Man, Wellsite Geologist, Driller, dan seluruh senior di bagian pekerjaan lain yang menunjang kegiatan shallow gas.
  5. Diverter harus sudah siap. Diverter ini berfungsi untuk menahan jika terjadi tendangan tekanan formasi. Perlu diingat bahwa diverter hanya dapat menahan tekanan formasi maksimal 500psi.

Keseluruhan ESK 24 berjalan lancar dan begitu banyak materi yang rinci, mengutamakan safety, dan memberikan pengetahuan baru mengenai shallow gas yang didapat oleh peserta. FGMI mengucapkan terimakasih kepada Argo Wuryanto (Geologist Tunu Shallow TEPI), Rangga Bramantio (Head of Geophysic TEPI), Debrina Sugiarto, serta Roy Lesmana (Deputy Well Geology and Petrophysic Department, TEPI) atas kesediaannya menjadi pembicara. FGMI juga mengucapkan banyak terima kasih atas seluruh peserta akan kehadiran dan partisipasinya dalam ESK 24, serta tentunya kepada SM-IAGI STT Migas Balikpapan atas kerjasamanya dalam penyelenggaraan ESK 24.

ESK 23 – Field Trip Borobudur: Teratai di Tengah Danau

Yogyakarta, FGMI Online – Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) kembali menyelenggarakan acara Experience Sharing Knowledge (ESK) ke-23 pada hari Sabtu – Minggu, 28 – 29 Mei 2016 di Yogyakarta. Acara ESK 23 merupakan acara pertama yang sekaligus menjadi peresmian FGMI chapter Yogyakarta.

Peresmian FGMI Chapter Yogyakarta
Peresmian FGMI Chapter Yogyakarta

Acara ESK kali ini terbagi menjadi dua acara. Pada hari pertama, Sabtu, 28 Mei 2016, diadakan pembekalan fieldtrip di kampus UPN “Veteran” Yogyakarta. Acara kedua pada hari Minggu, 29 Mei 2016 diisi dengan kegiatan field trip di area sekitar Candi Borobudur. Peserta field trip terdiri dari mahasiswa S-1 dan S-2 Teknik Geologi dan Teknik Kimia UPN, Teknik Geologi UGM, seta mahasiswa S-3 Teknik Geologi dan Geofisika UGM, IST AKPRIND. Tema ‘Teratai di Tengah Danau’ menceriakan kegiatan ESK 23 dan merupakan tema yang menarik untuk menunjukkan keunikan dan keindahan Borobudur, terutama dari aspek geologis.

Pembicara dalam ESK kali ini adalah Dr. Ir. Helmy Murwanto, M.Si. dan Ir. Sutarto, M.T.. Kedua pembicara bersama dengan tim peneliti UPN telah mendedikasikan waktunya dengan melakukan penelitian di sekitar candi Borobudur sejak tahun 1996.

Sebagai gambaran awal, Dr. Ir. Helmy bercerita tentang W.O.J Nieuwenkamp, seorang seniman dan arsitek Belanda yang menulis buku yang berudul Fiet Borobudur Meer (Danau Borobudur) pada tahun 1931. Di dalam bukunya, beliau menulis Candi Borobudur yang dibangun di atas sebuah danau purba, sehingga Candi Borobudur dapat disimbolkan seperti bunga teratai yang mengapung di atas kolam.

Hipotesis danau purba Nieuwenkamp tidak digubris oleh Van Erp yang menjadi pemimpin tim pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1907-1991 oleh karena tidak didukung dengan bukti yang kuat. Untuk membuktikan hipotesis Nieuwenkamp tersebut, Dr. Ir. Helmy menggunakan bukti geologi dan toponim (asal mula penamaan daerah).

Bukti geologi yang digunakan Dr. Ir. Helmy adalah penemuan lempung hitam yang merupakan produk endapan danau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lempung hitam di sekitar Borobudur mengandung banyak pollen dari tanaman komunitas rawa atau danau, antara lain Commelina Cyperaceaea, Nymphaea stellata dan Hydrocharis, juga fosil kayu. Setelah diteliti dengan analisis radio karbon C-14, diketahui bahwa lempung pada bagian atas ini berumur 660 tahun. Singkapan lempung hitam terjauh memiliki jarak 8 (delapan) kilometer dari Borobodur, yang setelah didata menghasilkan perkiraan umur 1,000 (seribu) tahun.

Penemuan Lempung Hitam yang Merupakan Produk Endapan Danau
Penemuan Lempung Hitam yang Merupakan Produk Endapan Danau

Di sepanjang sungai sekitar Candi Borobudur terdapat banyak jalur air yang masuk ke arah sungai. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan litologi. Soil yang berada di atas endapan lempung hitam tidak dapat melolosakan air ke bawah karena sifatnya yang kedap lempung, sehingga banyak air yang keluar di sepanjang teras sungai pada batas litologi.

Terdapat pula interpretasi bahwa danau tersebut pada awalnya merupakan bagian dari laut yang terjebak. Alasan dari interpretasi ini adalah ditemukannya beberapa sumur yang berair asin di Desa Cadirejo, Sigug dan Ngasinan.

Candi Borobudur dipercayai dibangun pada sebuah bukit yang terbentuk karena timbunan endapan material volkanik dari gunung-gunung yang mengitarinya. Timbunan endapan material vulkanik tersebut terbawa oleh Sungai Pabelan dari Gunung Merapi, Sungai Elo dari Gunung Merbabu, dan Sungai Progo dari Gunung Sumbing dan Sindoro.

Sungai-sungai di sekitar Borobudur pada mulanya bermuara ke Danau Purba. Namun, oleh karena aliran sungai semakin lama semakin terbendung oleh material vulkanik, pada akhirnya danau ini mengering yang menyebabkan sungai-sungai tersebut mencari jalurnya sendiri hingga kini mengarah ke Laut Selatan.

Bukti toponim (asal mula penamaan daerah) menunjukkan bahwa banyak nama dusun dan desa yang menunjukan lingkungan perairan. Misalnya, Desa Bumi Segoro yang terletak di sebelah barat daya Borobudur, dapat diartikan sebagai: “bumi”, yang berarti daratan dan “segoro”, yang berarti laut atau danau. Selain itu, terdapat juga Desa Sabrang Rowo di sebelah selatan Borobudur, dimana “sabrang” berarti menyebrang dan “rowo” berarti rawa atau danau. Ada juga Desa Kapalan yang dipercayai sebagai desa penghasil kapal yang digunakan untuk menyebrang ke Borobudur.

Penelitian yang dilakukan Dr. Ir. Helmy dan Ir. Sutarto memiliki tujuan untuk memahami sejarah perkembangan lingkungan sekitar Borobudur. Sejarah ini dimulai dari awal terbentuknya, yakni dugaan air laut yang terjebak sehingga berkembang menjadi danau, hingga kemudian berubah menjadi rawa dan pada akhirnya menjadi sebuah daratan.

Lebih dari sekadar tempat wisata, Borobudur memberikan material yang menarik untuk diteliti dari sisi geologisnya. Penelitian yang telah dilakukan patut diapresiasi dan dijadikan pembelajaran. Acara ESK 23 ini tentunya menghasilkan manfaat yang sangat besar dan diharapkan dapat menjadi awalan dari banyak kegiatan menarik lain di Yogyakarta di masa mendatang.

FGMI mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Helmy Murwanto, M.Si. dan Ir. Sutarto, M.T., seluruh tim peneliti UPN, dan para peserta ESK 23 atas partisipasinya dalam kegiatan field trip Borobudur: Teratai di Tengah Danau. Sampai jumpa di ESK berikutnya!

Narasumber dan Peserta ESK-23 2016, Yogyakarta
Narasumber dan Peserta ESK-23 2016, Yogyakarta

FGMI Experience Sharing Knowledge (ESK) ke-21

IMG_1159

Jakarta, FGMI Online – Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) kembali menyelenggarakan Experience Sharing Knowledge (ESK) pada hari Sabtu, 2 April 2016, dan bertempat di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. ESK merupakan acara bertukar ilmu yang rutin diadakan oleh FGMI dan dihadiri oleh para professional muda serta mahasiswa di bidang geosaintis.

ESK kali ini menghadirkan dua pembicara yang membahas mengenai isu-isu terbaru di bidang geosaintis. Pembicara pertama adalah Ketua FGMI, Aveliansyah, yang membahas mengenai “New Perspective of North West Java Basin”, dilanjutkan oleh Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan FGMI, Prihatin Tri Setyobudi dengan topik “Aplikasi Geologi Permukaan dan Model Sedimentologi untuk Eksplorasi Migas”.

Dalam presentasi yang pertama, Aveliansyah, Geologist Ekplorasi di PHE ONWJ menjelaskan mengenai studi mengenai North West Java Basin. Studi lanjutan di ONWJ menunjukkan bahwa terdapat reservoir yang berusia lebih tua dibandingkan Talang Akar. Reservoir ini diindikasikan sebagai sediman yang kebanyakan dapat diinterpretasikan sebagai basement. Basement yang berumur cretaceous pada cekungan ONWJ membutuhkan studi lanjutan supaya dapat memetakan keberadaan basement yang sebenarnya ada di cekungan ini. Berbagai pertanyaan mengenai reservoir dan diagenesis turut diajukan oleh peserta.

Pada sesi yang berikutnya, Prihatin Tri Setyobodi dari GDA Consulting menjelaskan mengenai pemeteaan geologi permukaan terintegrasi di Kutai Hulu dan studi model lingkungan pengendapan modern cekungan lisu Danau Singkarak untuk eksplorasi migas. Keseluruhan diskusi berlangsung menarik dan interaktif dan para partisipan turut aktif mengajukan berbagai pertanyaan kritis serta masukan yang membangun mengenai topik yang dipresentasikan oleh para pembicara.

Di akhir ESK, terdapat presentasi mengenai survei tentang pengaruh harga minyak dunia saat ini terhadap pekerjaan para geosaintis muda Indonesia. Survei dilakukan dalam bentuk kuesioner yang dipubilkasikan di website resmi FGMI pada 28 Februari hingga 1 Maret 2016. Hasil survei menunjukkan lesunya industri migas dan dampak negatif yang muncul terhadap berbagai aspek beban kerja. Di sisi implikasi mengenai pekerjaan geosaintis muda, meningkatnya supply sarjana geosaintis baru telah membuat semakin kompetitifnya persaingan di industri karena tidak diimbangi dengan jumlah demand yang malahan cenderung menurun. FGMI merekomendasikan pembukaan pelatihan magang, mendorong agar pemerintah menggalakan proyek penelitian eksplorasi energi yang melibatkan geosaintis muda, dan penanaman spirit geopreneurship.

Pengadaan ESK berikutnya diharapkan untuk membawa materi yang signifikan dan berwawasan, tidak hanya dari segi teknikal, melainkan juga untuk mendorong geopreneurship. FGMI mengucapkan banyak terima kasih kepada para pemateri dan peserta atas kehadiran dan partisipasi aktifnya dalam ESK 21 sehingga acara dapat berjalan lancar dan banyak materi edukatif yang didapat. FGMI juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Komite Eksplorasi Nasional (KEN) dan ESDM atas izin penggunaan gedung, juga kepada GDA Consulting dan PHE ONWJ. atas dukungannya sebagai pembicara. (cw/lm)

Sampai bertemu di ESK yang berikutnya!

Salam Geosaintis Muda Indonesia.

FGMI Talk: yang Muda, yang Berkarya

FGMI Talk 1

Balikpapan, Oktober 2015 – Bulan Oktober 2015 kemarin, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) mengadakan perhelatan besar tahunan, yang pada tahun ini bekerjasama dengan Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), dan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gasbumi Indonesia (IAFMI) menyelenggarakan acara Join Convention Balikpapan (JCB) 2015.

Memanfaatkan momen langka tersebut, FGMI menggunakan kesempatan tersebut dan mengumpulkan anak-anak muda inspiratif untuk berbagi cerita dengan anak muda lainnya. Acara tersebut dinamakan dengan “FGMI Talk: yang muda, yang berkarya”.

Rabu, 7 Oktober 2015, bertempat di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, lebih kurang 80 anak muda berkumpul di Mirror Room untuk menghadiri acara diskusi interaktif dengan para pemuda pilihan. Acara dibuka dengan sambutan FGMI, Aveliansyah, dilanjutkan oleh sambutan Ketua HAGI Bapak Dicky Rahmadi yang sekaligus memberikan pemaparan tentang kondisi dan tantangan dunia migas indonesia. Sebagai penutup sambutan, Ketua IAGI Bapak Sukmandaru juga memberikan presentasi singkat mengenai kondisi dunia pertambangan Indonesia.

Didit Putra yang bertindak sebagai moderator segera mengundang 4 orang pembicara untuk duduk ke depan, lalu mempersilahkan mereka satu per satu untuk menyampaikan materi. Pembicara pertama adalah Julianta Parlindungan, beliau adalah salah satu anak muda yang sangat aktif berkontribusi memajukan ilmu kebumian nasional, dia merupakan pendiri dari Komunitas Petrophysic Indonesia, aktif di Young Profesional IATMI, dan Dewan Penasihat FGMI. Bang Jul (sapaan akrab beliau) menebarkan semangat nasionalisme kepada para peserta, ia juga mengajak anak-anak muda untuk terus berkarya sejak dari bangku kuliah. Pembicara kedua adalah Dwandari Ralanarko, ia adalah pendiri dari Geotour Indonesia yang aktif mempromosikan geotourism di Indonesia. Beliau menceritakan pengalamannya mendirikan GeotourID, serta beberapa aktivitas yang telah dilakukannya, ia juga mengajak para peserta untuk tergabung kedalam geomates sehingga bisa terkoneksi satu sama lain.

Pembicara ketiga adalah Ryan Cahya Rohmana, salah satu pencetus lahirnya Geotage, yaitu sebuah aplikasi smartphone yang bisa mendokumentasikan foto-foto geologi dengan baik. Ryan menceritakan bagaiman system kerja dari aplikasi ini, dan beberapa peserta juga sudah mengunduh aplikasi ini di smarphone mereka sehingga ketika Ryan memberikan kuis, banyak peserta yang bisa menjawab. Pemateri terakhir adalah Tokoh Dongeng Geologi Indonesia, yang juga merupakan Dewan Penasihat IAGI, yaitu Bapak Rovicky Dwi Putrohari. Pakdhe Rovicky (sapaan akrab beliau) mengajak anak muda untuk kreatif dalam menghadapi tantangan di masa depan yang semakin sulit, dan kita juga harus memanfaatkan bonus demografi pada rentang tahun 2020-2030 dimana penduduk dengan usia produktif akan mendominasi populasi penduduk negara ini.

FGMI Talk 4
FGMI Talk 2
FGMI Talk 5
FGMI Talk 3

 

  • Jaringan

  • Follow Us On Instagram

  • Crown palace Blok C No. 28
    Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No 231
    Tebet, Jakarta 12870

    Telp:(021) 83702848 - 83789431
    Fax: (021)83702848
    Email: sekretariat@fgmi.iagi.or.id