Berita Terbaru

Dilema Potensi Geothermal Lawu, Ekstraksi atau Pertahankan Tradisi?

   SINERGIS (Seminar Energi Nasional) merupakan acara seminar berskala nasional dengan topik energi yang diadakan oleh SM-IAGI UGM. SINERGIS 2017 kali ini hadir dengan judul “Dilema Potensi Geothermal Lawu, Ekstraksi atau Pertahankan Tradisi?” yang bertemakan eksplorasi dan pengembangan geothermal ini dikonsep untuk menyuguhkan kajian mengenai polemik eksplorasi geothermal di Gunung Lawu. Tema ini diangkat karena proyek Geothermal Lawu ini tengah menjadi isu hangat belakangan ini, pasalnya proyek eksplorasi ini dirancang di lokasi yang kaya akan cagar budaya selain cagar alamnya. Namun di sisi lain proyek eksplorasi di Gunung Lawu ini dikabarkan menyimpan potensi geothermal yang melimpah sehingga sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Maka dari itu realisasi proyek Geothermal Lawu ini masih menjadi perdebatan hangat yang menarik untuk diulas.

Pembukaan SINERGIS oleh MC,Bagaskara Wahyu Purnomo Putra dan Enjilika Wuisang

   SINERGIS yang diselenggarakan pada Hari Sabtu, 18 Februari 2017 bertempat di Ruang A1.06 – A1.07 FMIPA UGM hadir dengan dua sudut pandang pembicara pro dan kontra dalam mengulas proyek eksplorasi geothermal di Gunung Lawu. Seminar ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu presentasi dari pembicara pihak pro proyek eksplorasi geothermal dan sesi kedua merrupakan presentasi sekaligus talkshow yang disi oleh pihak kontra proyek eksplorasi geothermal. Dari sudut pandang pro proyek eksplorasi geothermal Gunung Lawu diwakili oleh Ir. Eben Ezer Siahaan, MBA selaku Vice President Exploration and Exploitation PT PGE dan Dr. Eng. Agus Setyawan selaku Koor Akademik Operasional Gunung Lawu dari Universitas Diponegoro. Pembicara pro proyek eksplorasi geothermal ini membahas tentang pentingnya dilakukan proyek eksplorasi geothermal, mengingat NKRI diperkirakan menyimpan potensi geothermal sebesar 28,1GWe yang setara dengan 12 juta barel minyak bumi. Di samping itu penurunan kualitas lingkungan akibat polusi yang ditimbulkan oleh hasil sisa pembakaran bahan bakar fossil seolah menuntut masyarakat modern untuk beralih pada energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, salah satunya adalah geothermal. Teknik yang digunakan untuk menyampaikan materi berupa penayangan slide presentasi yang setelahnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Presentasi oleh Bapak Eben Ezer

   Pada pemaparan materi yang disampaikan oleh Bapak Eben Ezer maupun Bapak Agus Setyanto, keduanya sama-sama mendukung pengembangan proyek geothermal Lawu dikarenakan besarnya jumlah energi yang dijanjikan dari produksi geothermal di Gunung Lawu. Selain itu dijelaskan pula bahwa dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh proyek geothermal ini tidak akan separah dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan bahan tambang lain seperti sumber daya mineral logam maupun non logam, batu bara, minyak, dan lain sebagainya. Sehingga proyek eksplorasi geothermal ini dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan proyek pertambangan yang lain. Apalagi penggunaan geothermal sebagai bahan bakar ini tidak menghasilkan emisi gas yang tidak terlalu berbahaya seperti bahan bakar fossil. Kemudian pihak pembicara dari PT PGE juga menjelaskan bahwa saat pelaksanaan proyek geothermal Lawu nanti bukan berarti PT PGE akan mengabaikan kesejahteraan warga lokal. Lahan warga yang digunakan untuk proyek ini tentunya akan diberi ganti rugi dan pembinaan-pembinaan usaha mandiri untuk meningkatkan kesejahtaeraan ekonomi warga lokal.

Sesi Tanya Jawab Seminar Sesi 1 bersama Bapak Eben Ezer Dan Bapak Agus Setyanto

   Seminar sesi satu ditutup dengan pembacaan kesimpulan oleh moderator dan hiburan berupa pembawaan lagu oleh Saudari Naomi Geraldine dengan diiringi iringan piano oleh Saudara Anindita Wisnu Batara. Kemudian diberikan waktu istirahat sebelum dilanjutkan pada seminar sesi kedua.

Pemberian Momento Oleh Ketua Dan Wakil Ketua SM-IAGI UGM Kepada Bapak Eben Ezer Dan Bapak Agus Setyanto Selaku Pembicara Seminar Sesi 1

   Seminar sesi kedua menghadirkan pembicara dari sudut kontra proyek eksplorasi yang diwakili oleh Bapak Agus Indaryanto, S.Sos, M.Si selaku dosen Departemen Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Cahyono Agus, M.Sc selaku guru besar Fakultas Kehutanan UGM, dan Bapak Joko Sunarto selaku tokoh masyarakat Lawu. Dalam sesi ini terdapat dua model penyampaian materi, yaitu berupa presentasi menggunakan slide dan talkshow yang diikuti dengan tanya jawab di setiap akhir sesi. Presentasi dibawakan oleh Bapak Cahyono Agus dan Bapak Agus Indaryanto. Sedangkan Bapak Joko Suratno menjadi pembicara dalam talkshow bersama dua pembicara sebelumnya. Dalam sesi presentasi antara Bapak Cahyono Agus dan Bapak Agus Indaryanto dipaparkan penekanan materi yang berbeda. Bapak Cahyono Agus sebagai Guru Besar Fakultas Kehutanan lebih menekankan bagaimana dampak aktivitas penambangan yang dapat menurunkan daya lingkungan. Terlebih lagi Gunung Lawu merupakan kawasan hutan lindung, yang mana pada saat ini luasan hutan di Indonesia dan bahkan dunia yang notabene merupakan sumber oksigen terbesar tengah mengalami penyempitan sehingga rencana penggarapan proyek geothermal Lawu ini tentunya tengah menjadi sorotan pemerhati lingkungan. Sedangkan Bapak Agus Indaryanto sebagai dosen antropologi budaya banyak membahas tentang pola pikir dan budaya masyarakat lokal yang menyebabkan proyek geothermal Lawu ditentang oleh warga setempat.

   Sebagaimana yang dipaparkan oleh Bapak Agus Indaryanto, hal ini berkaitan erat dengan pola pikir warga lokal yang dominan berbudaya jawa kental untuk menjaga tanah miliknya yang biasanya telah diwariskan turun-temurun dari leluhurnya. Selain itu di daerah Lawu memang banyak cagar budaya seperti petilasan Prabu Siliwangi, menhir, dan berbagai peninggalan budaya lain yang disakralkan dan dijaga sebaik-baiknya oleh warga setempat. Dengan adanya alih fungsi lahan untuk proyek Geothermal Lawu ini tentunya warga merasa terancam bukti-bukti peninggalan leluhurnya akan musnah. Setelah sesi presentasi oleh Bapak Agus Indaryanto ditutup, penyampaian materi dilanjutkan dengan talkshow yang dipandu oleh moderator dengan menghadirkan pembicara Bapak Suratno sebagai perwakilan warga lokal yang khusus didatangkan dari daerah Lawu untuk berbagi keluh kesah warga setempat mengenai rencana realisasi proyek Geothermal Lawu. Seperti yang telah dipaparkan oleh Bapak Agus Indaryanto bahwa benar jika warga lokal meresahkan ancaman terrenggutnya lahan mereka untuk pembangunan proyek geothermal Lawu. Pasalnya mereka sebagai masyarakat desa banyak menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan yang tentunya membutuhkan lahan cukup luas. Selain itu mereka juga khawatir bahwa proyek tersebut akan merusak cagar budaya yang ada di Gunung Lawu, karena cagar budaya tersebut sangat disakralkan oleh masyarakat setempat dan merupakan amanah besar dari leluhur untuk tetap menjaganya dan mewariskannya pada generasi berikutnya. Namun demikian Bapak Suratno dalam talkshow tersebut menjelaskan bahwa warga setempat masih terbuka kepada pihak PT PGE untuk mencari jalan tengah yang terbaik dalam merealisasikan rencana proyek geothermal Lawu agar menguntungkan semua pihak.

Sesi talkshow bersama Bapak Cahyono Agus, Bapak Agus Indaryanto, dan Bapak Joko Suratno yang dipandu oleh Moderator

   SINERGIS 2017 berakhir dengan berakhirnya sesi talkshow dan pemberian momento kepada ketiga pembicara dalam sesi kedua. Seminar ini berhasil menarik minat cukup besar dari publik, terbukti dengan permintaan tiket yang membeludak melebihi kuota hingga hari-H pelaksanaan seminar dan meriahnya sesi tanya jawab di setiap akhir penyampaian materi oleh semua pembicara. Dengan menghadirkan dua sudut pandang yang berseberangan untuk mengulas proyek eksplorasi geothermal yang akan didirikan di Gunung Lawu ini diharapkan peserta seminar dapat melihat kompleksitas permasalahan pada kasus ini serta mampu memberikan penilaian dengan bijak dan adil terhadap kedua pihak yang berbeda pendapat dalam menyikapi proyek geothermal. Sehingga tidak muncul penilaian yang terkesan berat sebelah dengan mengunggulkan salah satu pihak dan menjatuhkan pihak yang lain.

Sesi foto bersama Perwakilan Peserta SINERGIS, Pembicara Sesi 2, Ketua SM-IAGI-UGM, dan Perwakilan Panitia SINERGIS

Penelitian Longsor di Desa Songan Kabupaten Bangli, Bali

Kegiatan kerjasama penelitian FGMI, Pengda IAGI BALI dan BPBD Provinsi BALI, dari kanan Sekretaris BPBD Prov BALI, Kepala Bidang Kebencanaan, FGMI dan Pengda IAGI BALI

Dari rangkaian kerjasama penelitian FGMI, Pengda IAGI BALI dan BPBD Provinsi BALI maka tanggal 1 April 2017 merupakan lapangan terakhir penelitian gerakan tanah di desa songan B. FGMI yang diwakili oleh Oka melakukan penelitian yang berlangsung selama dua hari mulai jumat 31 Maret 2017, dengan membawa beberapa misteri saat pulang dan berdiskusi tentang beberapa proses alterasi dan oksida pada batuan breksi dengan teman-teman ahli mineral, yang jadi menarik apakah ubahan mineral batuan yg membentuk batuan breksi menjadi bertekstur lempungan ini memiliki area atau cakupan yang luas. Dari 3 stopsite pada tebing disekitaran lokasi longsor Desa Songan B, Dusun Bantas, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali bagian bawah hingga atas ditemukan jenis batuan tersebut dan beberapa berasosiasi dengan bidang detactment atau bidang glincir pada longsor-longsor kecil dan menjadi masuk akal ketika batuan yg awalnya sangat keras dan terubah menjadi bertekstur lempungan yang jenuh akan air mempermudah terjadinya glincir/sliding pada lapisan diatasnya dan ditambah dengan sistem penanaman dan penataan tanah yg kurang baik hingga saat ini potensi gerakan tanah akan terus membayangi.

Peta situasi gerakan tanah Desa Songan (modifikasi dari Badan Geologi dan lokasi pengamatan)
Lokasi pengamatan singkapan bagian bawah: (A) Lapukan breksi vulkanik; (B) lapukan Tepra; (C) lapukan lapili; (D) lapisan batutufan terjebak dalam masa lapili

Selain itu penerapan sistem geologi teknik sangatlah bagus utk mengurangi resiko kebencanaan, namun kembali ke masyarakat dan pemerintah apakah siap dengan hal tersebut. Selain melakukan penelitian FGMI juga memberikan poster mitigasi bencana gerakan tanah sebagai salah satu dukungan untuk mengurangi resiko bencana. Apabila tidak dapat menerapkan teknologi alangkah baiknya kita dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami kondisi lingkungan yang mereka tinggali. Poster tersebut diberikan kepada SD N 3 Songan dan SMP N 4 Songan yang disambut baik oleh masyarakat desa Songan maupun pihak terkait, diharapkan dari sarana poster ini anak-anak bisa paham dan dapat menyebar luaskan baik kepada keluarganya mapun orang lain bagaimana cara tanggap akan bencana yang baik dan benar.

Penyerahan Poster Mitigasi Gerakan Tanah dari FGMI kepada Kepala Sekolah SMP 4 Songan

Pemerintah harus lebih gencar dalam melakukan sosialisasi kebencanaan ataupun kelola tata ruang untuk mengurangi resiko-resiko kebencanaan, karena dari kegiatan lapangan dan diskusi dengan beberapa masyarakat cenderung mereka kurang paham bahwa mereka tinggal di daerah yang rawan longsor, dan cenderung kurang memahami apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu pentingnya sosialisasi maupun pendidikan mengenai kebencanaan oleh pemerintah yakni melalui sekolah-sekolah mapun badan kemasyarakatan seperti Banjar/Dusun.

Longsoran sekala kecil hingga besar sekitaran daerah kejadian
Lokasi longsoran Dusun Bantas, Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, kurang lebih terdapat 5 rumah yang telah hancur, dan korban meninggal 7 orang, luka berat dan ringan 7 orang

Kolaborasi Antar SM-IAGI

 

Pertemuan Pihak SM-IAGI yang Berada di Regional Bandung dengan Pengurus FGMI Regional Bandung

Jumlah SM-IAGI di seluruh Indonesia saat ini ada 24, dan sebagian besar berada di Pulau Jawa. Untuk meningkatkan silaturahmi antar SM-IAGI dari berbagai universitas, mulai tahun 2017 ini digalakkan kegiatan bersama antar SM-IAGI yang lokasinya tidak berjauhan, diantaranya yang sudah berjalan adalah SM-IAGI STTNAS, AKPRIND, UPN “Veteran” Yogyakarta dan SM-IAGI UGM. Kegiatan ini juga diperlukan supaya FGMI bisa lebih dekat dengan SM-IAGI.

Tak mau kalah dari SM-IAGI di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Minggu 2 April 2017, pengurus SM-IAGI Institute Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran berkumpul di Bandung untuk membahas kegiatan bersama. Kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan tanggal 13-14 Mei ini diberi nama Amazing Race, turut hadir  dalam rapat ini ketua FGMI korwil bandung Agata Vanessa. Kegiatan amazing race ini bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi antar pengurus SM-IAGI yang ada di Jawa Barat.

Targer peserta acara ini berjumlah 40 orang pengurus dan anggota SM-IAGI yang ada di Jawa Barat, dan pengurus FGMI. Pembukaan acara akan dilakukan dikampus ITB, kemudian akan dibagi 5 kelompok untuk bermain mengikuti rute ITB, Cikapundung, Dipatiukur, Museum Geologi dan Taman foto dengan waktu 5 jam. Malam harinya direncanakan akan ada Fun Camp, dimana seluruh peserta Amazing Race akan berlumpul menjadi satu dan melakukan kegiatan santai untuk saling mengenal, berdiskusi kegiatan antar SM-IAGI dan membahas program kerja.

Acara ini dipastikan akan sangat menarik dan bisa menumbuhkan ikatan silaturahmi baik antara mahasiswa geosain di Jawa Barat maupun mahasiswa dengan pengurus FGMI. Nantikan info selanjutnya mengenai event ini di media sosial FGMI.

 

 

FGMI Traveling – MUSEO GEOMINERO, MADRID, SPANYOL

Halo, rekan-rekan FGMI!

 

Saya Citta Widagdo, anggota Divisi Media dan Jurnalistik Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI). Bulan Juli lalu, saya berkesempatan mengunjungi Museo Geominero di Madrid, Spanyol.

Kenampakan Dalam Museo Geominero

Awalnya, pada saat melakukan wisata musim panas di Spanyol, saya iseng-iseng mencari tempat wisata di Madrid yang unik dan masih jarang dikunjungi turis. Melalui situs Timeout, saya menemukan rekomendasi untuk mengunjungi Escuela de Ingenieros de Minas, yang merupakan bangunan Technical University’s School of Mining and Energy Engineering. Bangunan indah ini dimulai tahun 1884 dan direstorasi pada tahun 1980-an, yang didesain oleh salah satu arsitek bersejarah di Madrid bernama Ricardo Velázquez. Bangunan ini memiliki pilar-pilar cantik dan langit-langitnya terdiri dari struktur metal dan kaca yang menerangi seluruh ruangan tengah gedung. Di bagian bawah tanah, terdapat rekonstruksi tambang dengan galeri dan coal pit.

Saat saya berkunjung kesana, begitu masuk saya langsung disambut oleh seorang mahasiswi universitas yang sedang akan memberikan tur universitas pada wisatawan dalam bahasa Inggris dan Spanyol. Rupanya, keindahan gedung universitas ini menjadi daya tarik juga bagi wisatawan! Mahasiswi tersebut kemudian menyarankan saya untuk mengunjungi Museo Geominero yang terletak tepat disebelah gedung universitas, tepatnya di dalam gedung Spanish Geology and Mining Institute.

Kenampakan Dalam Museo Geominero dari Lantai Atas
Kenampakan Dalam Museo Geominero pada Lantai Bawah

Museo Geominero ini ditujukan untuk mempromosikan kekayaan dan keragaman geologi dan pertambangan di Spanyol. Koleksinya terdiri dari batuan, mineral, fosil yang berasal dari berbagai wilayah di Spanyol dan di dunia. Banyak koleksinya yang ditemukan saat pemetaan geologis wilayah Spanyol yang diperintahkan oleh keluarga kerajaan Ratu Isabel II pada tahun 1849. Gedungnya sendiri didesain oleh arsitek Francisco Javier de Luque dan insinyur pertambangan Primitivo Hernández Sampelayo, dan diinaugurasikan oleh King Alfonso III pada 24 Mei 1926. Gedung yang indah inilah yang kemudian menjadi atraksi bagi para pengunjung.

Salah Satu Showcase yang Menampilkan Fosil (1)
Salah Satu Showcase yang Menampilkan Fosil (2)

Museo Geominero terbuka untuk umum secara gratis. Begitu masuk, di pintu utama sudah disediakan brosur, DVD, dan buku penjelasan gratis mengenai museum dan berbagai batuan yang menjadi koleksinya untuk pengunjung, baik dalam bahasa Spanyol dan bahasa Inggris. Selain menjadi tempat koleksi, berbagai kegiatan dan workshop dalam bidang pertambangan, geological risks, dan geodiversity secara rutin diselenggarakan, termasuk untuk anak-anak dan pemuda sebagai pusat pembelajaran. Bahkan, Museo Geominero ini memiliki maskot tersendiri bernama Gea, yang difiturkan dalam berbagai DVD untuk menjelaskan berbagai topik geosaintis secara sederhana kepada masyarakat umum!

Salah Satu Showcase yang Menampilkan Batuan
Salah Satu Showcase yang Menampilkan Mineral

Sebenarnya kegiatan yang dilakukan disana pun sederhana, hanya membutuhkan implementasi ide-ide untuk menarik masyarakat umum supaya lebih tertarik kepada geologi. Mulai dari mempublikasikan universitas dan museum di situs-situs pariwisata lokal dan blog, menyiapkan material seperti DVD, kartu pos, dan buku panduan untuk dibagi-bagi, bekerjasama dengan universitas untuk mengadakan kegiatan rutin (termasuk kegiatan keluarga yang melibatkan anak-anak), serta menggunakan maskot sebagai simbol untuk mendekatkan keakraban. Namun, ide-ide inilah yang perlu kita implementasikan lebih lanjut di Indonesia. Secara umum, kunjungan ke Museo Geominero ini sangat menarik dan berkesan, serta menginspirasi saya untuk mencari museum-museum serupa suatu saat saya mengunjungi negara lainnya. Semoga bacaan ini bisa membuat teman-teman FGMI bersemangat untuk juga terus mempromosikan kekayaan dan keragaman geosaintis di Indonesia, ya!

Oleh : Citta Parahita Widagdo

FGMI Berkolaborasi dengan ISPG pada ESK-27 di Jakarta : Borehole Image

 

Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) berkolaborasi dengan Indonesia Society of Petroleum Geologists (ISPG) menyelenggarakan acara Experience Sharing Knowledge (ESK) dengan pembicara Merza Media Adeyosfi, Borehole Geologist Schlumberger.

Merza Media Adeyosfi, Pembicara pada ESK ke-25, Jakarta

Kegiatan ini dibuka dengan kata sambutan oleh Presiden ISPG, Julianta Panjaitan yang juga merupakan perwakilan Medco E&P Natuna yang turut mendukung kegiatan ESK kali ini. Dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Ketua Umum FGMI, Nurcholis serta pemaparan rangkaian acara oleh ketua acara ESK kali ini, Bella Dinna Safitri.

Materi yang disampaikan sangat menarik dan bertahap, di awali dengan pengenalan dan akuisisi borehole image dengan menggunakan tools yang beraneka ragam, selanjutnya mengetahui data quality control dilakukan. Peserta turut aktif mengerjakan exercise yang telah disiapkan oleh pemateri. Pengerjaan exercise dilakukan secara berkelompok dan pembahasan tiap exercise dilakukan bersama-sama. Ditengah break, Presiden ISPG Julianta Panjaitan memaparkan kegiatan yang dilakukan ISPG. Pada kesempatan ini juga, Ketua Umum FGMI mensosialisasikan prosedur keanggotaan IAGI.

Diskusi Exercise  dalam Kelompok
Pembahasan Exercise antara Peserta dengan Narasumber

Materi dilanjutkan dengan pembahasan structural dan sedimentological analysis. Pada sesi ini, peserta kembali berdiskusi melalui exercise interpretasi borehole image terkait perbedaan fault dan fracture, sealing dan non sealing fault, identifikasi lithologi, penentuan facies, dan analisis paleocurrent.

Acara diakhiri dengan pemberian momento oleh Ketua Acara kepada pemateri dan sesi foto bersama panitia, pemateri dan peserta ESK kali ini.

Penyerahan Momento oleh Ketua Acara kepada Narasumber
Kegiatan Diakhiri dengan Foto Bersama d Narasumber dan Para Peserta

Pemilu Ketua Umum FGMI Periode 2017-2019

KRITERIA CALON KETUA UMUM FGMI 2017 – 2019

1. Anggota aktif (memiliki nomor anggota) Forum Geosaintis Muda Indonesia.
2. Maksimal usia bakal calon ketua adalah 28 tahun per-Desember 2016.
3. Merupakan profesional muda dalam ilmu kebumian (Earth Science ).
4. Mempunyai pengalaman organisasi.
5. Mempunyai visi dan misi untuk memimpin dan membawa FGMI terus maju, yang dipaparkan saat kampanye.
6. Didukung minimal 10 orang anggota aktif FGMI. Setiap anggota aktif dapat memberikan hak dukungannya untuk 2 (dua) kandidat, dan menyertakan nomor anggota beserta KTP pendukung.
7. Mengisi formulir pencalonan ketua FGMI dengan benar.

 

PROSES PEMILIHAN

  1.  Pemilihan akan dilakukan melalui pemungutan suara daring (Online voting) yang dibuka pada pukul 00.00 WIB hingga 23.59 WIB.
  2.  Yang berhak memberikan pemungutan suara daring (Online voting) adalah anggota FGMI yang masuk ke dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) FGMI.
  3.  Panitia tidak menerima SURAT KUASA pemilihan atau email berbeda dari yang terdaftar di sekretariat.
  4.  Yang berhak memilih adalah anggota FGMI yang telah MELUNASI PEMBAYARAN keanggotaan.
  5.  Ketua terpilih adalah calon yang mendapat perolehan suara terbanyak.

 

RANGKAIAN ACARA

28 November – 3 Desember 2016 : Pendaftaran bakal calon ketua FGMI
4 Desember 2016 : Verifikasi bakal calon ketua FGMI
4 Desember 2016 : Penetapan bakal calon ketua FGMI
5 Desember – 16 Desember 2016 : Kampanye calon ketua FGMI
17 Desember 2016 : Debat visi dan misi calon ketua FGMI
18 Desember 2016 : Penetapan daftar pemilih tetap (DPT) FGMI
19 – 21 Desember 2016 : E-voting
22 Desember 2016 : Perhitungan suara dan pengumuman

Geomuda Project: Mari Bergabung!

Geomuda Project

Posisi Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera memiliki keistimewaan tersendiri terutama secara Geopolitik. Sumber daya energi, potensi geowista, jalur perdagangan serta sumber daya perikanan menjadi primadona di kawasan zamrud khatulistiwa ini. Namun, hal ini menjadi tantangan karena Indonesia dikelilingi negara-negara lain, yang akhirnya akan berdampak ke strategi Geopolitik Indonesia.

Saat ini FGMI berencana untuk membentuk tim “GeoMuda Project“. Ini adalah non-profit project yang nantinya akan fokus dalam kajian/ riset tentang geopolitik indonesia. Bagi anda para profesional muda dengan latar belakang ilmu kebumian yang memiliki ketertarikan terhadap kajian geopolitik, serta ingin menjadi bagian di dalam tim “GeoMuda Project” maka silahkan mendaftar dengan mengirimkan persyaratan sbb:
1. CV
2. Opini dengan tajuk “Geopolitik Indonesia di Era Globalisasi” (1 halaman)

Ke alamat email:
redaksi@fgmi.iagi.or.id
Cc: aldis.ramadhan07@gmail.com

paling lambat 23 Oktober 2016.

7 kandidat terbaik akan kami undang untuk bergabung ke dalam tim “GeoMuda Project” ini. Mari bergabung dan berkontibusi bagi Negeri.

ESK-24 di Balikpapan: Melirik Pengembangan Shallow Gas di Lapangan Tunu, Blok Mahakam

Para Narasumber dan Peserta ESK-24, 2016 di Balikpapan
Para Narasumber dan Peserta ESK-24, 2016 di Balikpapan

Balikpapan, FGMI Online – Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) bekerja sama SM-IAGI STT Migas Balikpapan mengadakan acara Experience Sharing Knowledge (ESK)ke-24 di Balikpapan untuk pertama kalinya pada hari Minggu, 29 Mei 2016.

Kegiatan ESK kali ini menghadirkan empat pembicara untuk membahas berbagai isu menarik mengenai eksplorasi dan pengembangan shallow gas, baik dari kajian geologi dan geofisika serta risikonya di dalam pengeboran.

Tema tersebut diambil oleh karena selama ini di Blok Mahakam, khususnya lapangan Tunu milik Total E & P Indonesie (TEPI) sangat menghindari zona dangkal untuk menjadi target reservoir. Akan tetapi, zona dangkal di lapangan Tunu, Blok Mahakam kini justru dicari. Selain itu, acara ini bertujuan untuk membawa peserta memahami lebih dalam mengenai seluk-beluk Blok Mahakam, khususnya Lapangan Tunu mulai dari kajian geologi, geofisika, dan operasi pengeborannya.

Sesi pertama dipaparkan oleh Argo Wuryanto, Geologist Tunu Shallow TEPI. Argo membawakan presentasi yang berjudul “Developing Shallow Reservoir Target – Mahakam (Lower Kutai Basin).Menurut Argo, lapangan Tunu pada awalnya merupakan lapangan raksasa di blok Mahakam yang memiliki luas sebesar 75km x 18km. Lapangan tersebut pertama kali ditemukan tahun 1967-1974 dan proses produksi dimulai pada 1990-1994. Selanjutnya, pengembangan industri dimulai tahun 1995 dan berlangsung hingga saat ini.

Dahulu, kegiatan pengeboran di Lapangan Tunu selalu menghindari reservoir-reservoir di zona dangkal. Hal ini dikarenakan terdapat banyak shallow gas atau yang lebih dikenal dengan biogenic gas di daerah tersebut. Gas biogenik merupakan gas yang diproduksi bakteri metanogenik pada suhu 750C. Proses kimia yang terjadi pada gas biogenik adalah reduksi dan fermentasi. Untuk proses reduksi terjadi pada lingkungan laut (marine) sedangkan proses fermentasi pada lingkungan laut dalam (deepwater). Kedua proses tersebut akan menghasilkan gas methana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Proses tersebut sangat berkaitan dengan rata-rata pengendapan dari sedimen dan suhu yang cocok untuk terbentuknya gas methana.

Adapun penyebaran gas biogenik di Indonesia dapat dilihat pada beberapa lapangan, yaitu:

  • Lapangan Wunut – Lapindo: Volkaniklastik, kedalaman tidak diketahui.
  • Lapangan Karangringin – Pertamina: Marine sediment pada kedalaman 300-400m.
  • Lapangan Bentu – EMP: Marine sediment pada kedalaman 600-700m.
  • Lapangan Tunu – Total: delta.

Secara konsep stratigrafi, prograding sedimentation sangat berlaku di Mahakam. Bentuk sungai Mahakam yang berkelok-kelok membuat arus sungai di hulu sangat kuat sedangkan begitu ke arah laut arus semakin lemah. Peristiwa tersebut membentuk adanya prograding sedimentation. Semakin ke atas semakin kasar (prograde) sehingga akan ditemukan channel yang semakin tebal dan terkoneksi. Secara umum siklus regresif (penurunan muka air laut) bekerja lebih dominan dibandingkan dengan siklus transgresi (kenaikan muka air laut).

“From hazard becoming targets” merupakan istilah yang tepat untuk membahas shallow gas di Tunu. Data-data Log (Gamma Ray, Resistivity, Density, dan Neutron), Total Gas, dan akusisi seismik sumur main zone, keseluruhannya dipakai untuk eksekusi shallow target. Dengan berbekal data-data tersebut, Total E & P Indonesie mulai melakukan pengeboran di zona dangkal tahun 2011 sampai dengan sekarang.

Sesi kedua diisi oleh Rangga Bramantio, Head of Geophysic TEPI. Didampingi oleh Debrina Sugiarto, keduanya memaparkan keberhasilan Total E & P Indonesie dalam menemukan potensi sumber gas dari lapangan raksasa Northwest Tunu 3D (NWT 3D) di Blok Mahakam yang berpotensi dengan kandungan gas sebesar 700 juta kaki kubik.Potensi gas itu diyakini dapat mendukung seluruh lapangan yang masih dipakai Total. Melakukan survei seismik 3 dimensi di Lapangan Tunu tentunya bukan proses yang mudah. Banyak hal yang harus dikorbankan dalam melakukan seismik untuk mencari potensi minyak atau gas bumi di bawah permukaan.

Pada Oktober 2014 lalu, perusahaan TEPI menyelesaikan survei seismik 3D di Lapangan Tunu yang telah berlangsung sejak April 2012. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menentukan dan mencari lokasi reservoir yang menjadi target pengeboran dan lokasi sumur, di zona Northwest Tunu. Berbagai tantangan harus dihadapi pada saat melakukan survei seismik ini, oleh karena Lapangan Tunu berada di daerah rawa-rawa hutan mangrove sehingga banyak terdapat tambak udang, sungai, dan instalasi GTS. Pekerjaan tersebut harus dilakukan secara hati-hati oleh karena kegiatan seismik menggunakan teknologi peledakan mutakhir, peralatan dalam jumlah besar, serta melibatkan ribuan pegawai.

Setelah survei seismik dilakukan, berlanjut ke tahap berikutnya yaitu processing data, akusisi, dan interpretasi. Dilihat dari litologinya, reservoir di Lapangan Tunu ini terdiri atas interkalasi shale, sand dan coal. Keseluruhannya tipis-tipis, akan tetapi jumlahnya sangat banyak. Rata-rata kolom gas di Lapangan Tunu adalah berkisar 6meter dan yang paling tebal sekitar 16meter. Adapun gas bearing sand vs coal dapat dibedakan pada seismik dengan menggunakan seismic processing. Metodologi geofisika yang digunakan pada Tunu Shallow yaitu: gas discrimination, surface extention/ connection, quantitative: net pay to reserve, dan well design.

Sesi terakhir membahas tentang resiko operasi shallow gas selama pengeboran oleh Roy Lesmana, Deputy Well Geology and Petrophysic Department, Total E & P Indonesie. Roy memaparkan soal shallow gas secara umum dan prosedur pada shallow gas.

Shallow gas terakumulasi pada kedalaman dangkal. Hal tersebut dapat ditemukan selama proses pengeboran. Dengan tekanan formasi pada kedalaman dangkal, kekuatan shoe sebelumnya tidak dapat menahan jika ada tendangan (kick). Hal ini dikarenakan litologi pada kedalaman dangkal didominasi oleh material lepas seperti pasir (sand), lempung (clay), dan gambut (peat) serta pada shallow gas drilling hanya dilengkapi diverter untuk menahan tekanan formasi yang maksimal tekanan 500psi.

Adapun beberapa bahaya selama pengeboran shallow gas adalah:

  1. Swabbing: disebabkan oleh kehilangan hidrostatik lumpur pada sumur dan tendangan shallow gas pun terjadi. Trip out pipe pada zona shallow gas biasanya dilakukan dengan pumping out of hole untuk mencegah swabbing.
  2. Mud Weight (MW): selama pengeboran terjadi MW harus konsisten. Jika MW >>> tekanan formasi maka akan terjadi cracking di dalam formasi. Sebaliknya, jika MW <<< tekanan formasi maka akan terjadi swabbing.
  3. Jika kecepatan penetrasi (rate of penetration/ROP) terlalu cepat dan tidak seimbang dengan kebersihan sumur (good hole cleaning) sehingga beban di annulus akan semakin berat sejalan dengan kenaikan Equivalent Circulating Density (ECD). Hal ini yang meyebabkan keretakan (fracture) pada formasi.

Untuk menanggulangi itu semua maka seluruh kegiatan pengeboran pada shallow gas harus mengikuti prosedur sebagai berikut:

  1. Investigasi shallow gas dengan data seismik.
  2. Seleksi tipe anjungan (rig) untuk lepas pantai (offshore) yang menyediakan perlengkapan selama zona shallow gas.
  3. Alat yang spesifik untuk pengeboran zona shallow gas.
  4. Prosedur spesifik untuk pengeboran zona shallow gas.
  5. Mempersiapkan sumber daya manusia yang baik untuk mencegah terjadinya human error.

Roy menceritakan pengalamannya pada saat menjadi Wellsite Geologist TEPI bahwa Safety First merupakan hal yang krusial. TEPI akan memberikan STOP CARD untuk siapa pun yang tidak mengikuti aturan yang berlaku selama pengeboran terjadi dan di kawasan anjungan. Sebelum pengeboran shallow gas dilakukan, terdapat beberapa persiapan yang dilakukan baik oleh Company Man, Wellsite Geologist, Mud Supervisor dan seluruh anggota yang terlibat di dalam pengeboran tersebut. Tahapan persiapan ini terdiri antara lain yaitu:

  1. Safety meeting: dilakukan sebelum melakukan pekerjaan pengeboran shallow gas. Safety meeting dipimpin langsung oleh Company Man.
  2. Mengecek berat jenis lumpur dan bacaan gas yang terekam pada alat di Mudlogging Unit.
  3. Membersihkan Conductor Pipe (CP).
  4. Pada pengeboran shallow gas harus ada senior baik itu senior Company Man, Wellsite Geologist, Driller, dan seluruh senior di bagian pekerjaan lain yang menunjang kegiatan shallow gas.
  5. Diverter harus sudah siap. Diverter ini berfungsi untuk menahan jika terjadi tendangan tekanan formasi. Perlu diingat bahwa diverter hanya dapat menahan tekanan formasi maksimal 500psi.

Keseluruhan ESK 24 berjalan lancar dan begitu banyak materi yang rinci, mengutamakan safety, dan memberikan pengetahuan baru mengenai shallow gas yang didapat oleh peserta. FGMI mengucapkan terimakasih kepada Argo Wuryanto (Geologist Tunu Shallow TEPI), Rangga Bramantio (Head of Geophysic TEPI), Debrina Sugiarto, serta Roy Lesmana (Deputy Well Geology and Petrophysic Department, TEPI) atas kesediaannya menjadi pembicara. FGMI juga mengucapkan banyak terima kasih atas seluruh peserta akan kehadiran dan partisipasinya dalam ESK 24, serta tentunya kepada SM-IAGI STT Migas Balikpapan atas kerjasamanya dalam penyelenggaraan ESK 24.

  • Jaringan

  • Follow Us On Instagram

  • Crown palace Blok C No. 28
    Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No 231
    Tebet, Jakarta 12870

    Telp:(021) 83702848 - 83789431
    Fax: (021)83702848
    Email: sekretariat@fgmi.iagi.or.id