Catatan ESK 22: Pengembangan dan Eksplorasi Geotermal di Indonesia

Pembicara dan Peserta ESK Berfoto Bersama
Pembicara dan Peserta ESK Berfoto Bersama

Jakarta, FGMI Online-Geotermal merupakan sumber energi alternatif yang memiliki sejarah panjang dalam hal pemanfaatannya. Geotermal sudah dimanfaatkan sejak zaman romawi untuk pemanas ruangan dan pemandian air panas. Kemudian pada tahun 1904, untuk pertama kalinya, dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik di lapangan geotermal Lardrello, Italia. Hingga pada akhirnya energi panas bumi mulai dikomersilkan pada tahun 1913.

Secara garis besar, pemanfaatan geotermal dibagi menjadi dua macam yaitu direct use dan indirect use. Direct use merupakan pemanfaatan geotermal secara langsung berupa pemandian air panas, pengering dan pemanas. Sedangkan indirect use merupakan pemanfaatan geotermal secara tidak langsung untuk pembangkit listrik.

Sistem geotermal yang ada di dunia dominan terletak di wilayah sekitar Ring of Fire yang berkaitan erat dengan pembentukan sistem geotermal. Negara-negara yang memiliki dan memanfaatkan potensi geotermal untuk pembangkit listrik adalah Negara Amerika utara dan latin, Iceland, sebagian kecil Eropa (Italia & Jerman), Jepang, Filipina, Kenya, Indonesia dan New Zealand. Sekedar informasi, lima negara dengan kapasitas listrik geotermal terbesar secara berurutan adalah USA, Filipina, Indonesia, Mexico, NewZealand.

Sistem geotermal yang ideal harus memiliki sumber panas, reservoar (fluida dan batuan permeabel), dan batuan penudung (clay cap). Sumber panas pada sistem vulkanik biasanya berupa batuan intrusi (sumber panas bergantung jenis sistemnya) yang mengalirkan panasnya secara konduktif ke reservoar. Di reservoar, fluida terpanaskan dan terjadi aliran panas konveksi. Akibatnya, fluida tersirkulasi di dalam reservoar dan sebagian kecil muncul ke permukaan melalui struktur geologi membentuk manifestasi permukaan. Fluida yang mengalir ke permukaan akan mengalami penurunan temperatur akibat tekanan dan suhu permukaan sehingga terbentuklah clay cap (terbentuk pada temperatur tertentu). Manifestasi utama yang merupakan penanda sistem geotermal di permukaan muncul dalam beberapa bentuk yaitu Fumarole, Solfatara, Steaming Ground, Warm Ground, Neutral Hot Spring dan Acid Hot Spring.

Sistem geotermal secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu Sistem Hidrotermal, Geopressured, Hot Dry Rock dan Magmatic System. Sistem hidrotermal merupakan sistem geotermal yang paling ideal untuk dimanfaatkan karena memiliki sumber panas yang terasosiasi dengan daerah vulkanik atau intrusi dan fluida sebagai media pembawa panas. Sistem geopressured merupakan sistem geotermal yang sumber panasnya berasal dari tekanan massa batuan di atas reservoar, sehingga sistem ini umumnya terdapat di daerah sedimen. Sistem Hot Dry Rock merupakan sistem yang memiliki sumber panas temperatur tinggi namun tidak memiliki fluida, biasanya di sebabkan oleh impermeabilitas batuan di sekitar sumber panas. Sistem magmatik merupakan sistem geotermal yang memanfaatkan magma secara langsung sebagai sumber panas. Ada banyak klasifikasi lain yang dilakukan terhadap sistem geotermal diantarnya berdasarkan Heat Flow (Konduksi dan koveksi), Entalpi (High entalpi, Moderate dan Low entalpi), Topografi (Flat dan High terrain) dan sebagainya. (Ajeng.Red)

Sistem geotermal Indoneisa letaknya berada di sekitar volcanic arc dengan susunan batuan tufa, breksi, andesit, basalt yang kekerasannya sedang sampai sangat keras. Reservoir geotermal terdiri dari H2O dan uap air dengan temperatur 230-330oC dan tekanan 35-150Ksc serta sifat cadangan yang sustainable. Teknologi pengeboran yang dapat dipakai untuk eksplorasi geotermal adalah pahat jenis insert, fluida bor water base mud dengan waktu pemboran biasanya 40 hingga 70 hari.

Secara garis besar, tahapan eksplorasi geotermal terdari 3 tahap utama yaitu tahap Eksplorasi (2 tahun), Development (2-3 tahun) dan Commercial (25-30 tahun). Para geosaintis (geologi, geokimia dan geofisika) memililiki peran paling besar pada tahap eksplorasi dan development. Untuk memperoleh well targeted yang baik tentu saja para geosaintis harus melakukan kolaborasi karena ketiganya memiliki peran yang sama penting dan saling membutuhkan. Secara umum, geologi berperan menentukan volcanic history, volcanic structures dan geothermal activity. Geokimia berperan untuk menentukan perkiraan suhu reservoar, water type, fluid flow dan jenis sistem reservoar. Geofisika berperan dalam menentukan struktur resistivitas, struktur densitas, geometri reservoar, kedalaman reservoar dan ketebalan reservoar.

Permasalahan utama yang dialami dalam melakukan pengembangan geotermal di Indonesia terletak pada masalah ekonomi dan regulasi. Permasalahan ekonomi terdiri dari tingginya biaya eksplorasi karena biaya eksplorasi seluruhnya ditanggung pengembang, harga jual yang tidak sesuai biaya eksplorasi dan perlunya negosiasi harga dengan PLN sebagai pembeli tunggal. Permasalahan regulasi yang sering terjadi di lapangan adalah izin berbelit keberbagai pihak dan tumpang tindih undang-undang tentang panas bumi dengan undang-undang kehutanan.

Indonesia diharapkan kedepannya dapat memiliki kapasitas listrik geotermal terinstal sebesar 7.1 GW pada tahun 2025 dan menjadi negara dengan pemanfaatan geotermal untuk listrik yang terbesar di dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah diharapkan dapat mendukung dan membantu menyelesaikan permasalahan pengembangan geotermal di Indonesia.

Redaksi FGMI

Leave a comment

  • Jaringan

  • Follow Us On Instagram

  • Crown palace Blok C No. 28
    Jl. Prof. Dr. Supomo SH. No 231
    Tebet, Jakarta 12870

    Telp:(021) 83702848 - 83789431
    Fax: (021)83702848
    Email: sekretariat@fgmi.iagi.or.id